Education is a better safeguard for
our dream.
Yang interest belajar
tentu sangat berharap dapat sekolah lebih tinggi. Dan siapapun pasti akan
senang jika bisa kuliah tanpa harus mengeluarkan biaya sendiri, apalagi untuk
study magister dan doktor yang biayanya cukup mahal. So, mencari beasiswa akan
menjadi pilihan tentunya. Tapi...tak mudah untuk mendapat beasiswa, of
course...perlu persiapan matang untuk segala sesuatunya. Dalam tulisan ini saya
akan berbagi pengalaman tentang beberapa tips untuk lolos seleksi beasiswa
magister atau doktor. Apa saja persiapannya?
Tentukan
jenis beasiswa yang ingin kamu submit.
Ini penting sehingga kamu bisa fokus dengan dokumen-dokumen yang harus
dipersiapkan. Dokumen yang dibutuhkan untuk submit beasiswa dalam negeri tentu
berbeda dengan beasiswa dalam negeri, meskipun dalam beberapa hal ada
kemiripan. Carilah sebanyak mungkin informasi mengenai berbagai
beasiswa-beasiswa tersebut dan catatlah semua persyaratannya. Catat kapan
beasiswa itu dibuka dan kapan penutupannya. Bagi beasiswa yang dibuka sepanjang
tahun seperti Kemendiknas dan LPDP tentu tidak ada masalah karena kamu bisa
daftar kapanpun. Khusus untuk beasiswa luar negeri dari pemerintah seperti KGSP
NIIED Korea, ADS Australia, DAAD Belanda, atau beasiswa dari kampus biasanya hanya
dibuka dalam rentang waktu tertentu antara awal, pertengahan, atau akhir tahun
dengan jarak waktu pembukaan sampai penutupan beasiswa sekitar 1-3 bulan. So,
perlu dipersiapkan matang jauh-jauh hari.
Apa
saja persyaratannya?
Beberapa dokumen
standar yang perlu dipersiapkan untuk apply beasiswa pada setiap pemberi
beasiswa memang berbeda, meskipun demikian ada beberapa yang sama, misalnya
sertifikat TOEFL, study plan, recommendation letter, IPK, beberapa ada juga
yang mensyaratkan statemen of purpose, proposal riset, essai, dan LoA.
TOEFL,
berapa skor minimal untuk beasiswa?
Skor TOEFL untuk setiap beasiswa berbeda
tergantung kebijakan pemberi beasiswa. Untuk beasiswa dalam negeri berkisar
antara 450-500 (PBT) untuk S2 dan 500 untuk S3, sedangkan untuk S2 dan S3 luar
negeri minimal 550-560 (PBT) dan skor TOEFL untuk beasiswa luar negeri bisa
bersifat optional asalkan sudah dapat LoA, minimal dari profesor. Artinya skor
TOEFL dibawah 550 atau bahkan dibawah 500 pun bisa diterima asalkan sudah
mendapat LoA minimal dari profesor. Jenis
tes TOEFL yang kamu ambil sebaiknya disesuaikan dengan permintaan lembaga
pemberi beasiswa, untuk beasiswa dalam negeri biasanya ITP TOEFL sedangkan
untuk luar negeri biasanya pakai iBT TOEFL atau IELTS. Untuk tes ITP TOEFL
sebaiknya dilakukan dilembaga bahasa yang berada di lembaga di bawah
kemendiknas sehingga bisa diakui nasional. Saat ini biaya pendaftarannya
sekitar $30 atau sekitar Rp300.000. Tapi kalo panitia beasiswanya gak jeli skor
TOEFL biasapun bisa lolos ko. Pengalaman saya dapat beasiswa LPDP. Sebenarnya
yang diminta adalah ITP TOEFL, tapi saya hanya pakai sertifikat TOEFL biasa
dari UNY. Mungkin karena skornya lebih dari batas minimal dan pendaftar
membludak sampai 9 ribuan katanya, jadinya sertifikat saya lolos, begitupun
saat verifikasi sertifikat asli masih lolos hehe...Yang gak lolos saat daftar
ke UGM nya karena disana wajib pakai ITP sehingga saya wajib ikut ujian AcEPT
(Academic English Proficiency Test). Untuk
mendapatkan skor tinggi apakah harus kursus? Tidak juga. Alhamdulillah saya
mendapat skor TOEFL diatas 500 dengan belajar mandiri. Pernah ikut worskhop TOEFL
di UGM 10 hari setelah itu belajar mandiri dengan membeli buku-buku dan CD
TOEFL. Tapi bagi yang sulit belajar sendiri, alangkah lebih baik kursus saja.
Pilihlah lembaga kursus yang kualitasnya oke ya ...^^
IPK,
apakah harus tinggi?
Apakah hanya excellent
student yang bisa dapat beasiswa? Jawabannya TIDAK. Untuk beasiswa dalam maupun
luar negeri rata-rata IPK minimal yang dipersyaratkan adalah 3.00, setahu saya
hanya KAUST yang mensyaratkan IPK 3.50 itupun yang diterima akhirnya kebanyakan
3.70 ke atas. But it’s just for KAUST Arab Saudi, lainnya TIDAK. Bahkan di
beberapa negara seperti Korea dan Taiwan hanya mensyaratkan IPK min. 2.80. Jadi
yang IPK-nya pas-pasan tidak perlu putus asa, insya Allah masih ada kesempatan
asal kamu bisa menonjolkan potensi lainnya. Tapi bukan berati IPK terus gak
penting juga. Bagi yang masih kuliah ini menjadi pemacu, artinya dengan seabreg
aktivitaspun IPK nya harus ditarget minimal 3.00, bisa cumlaude lebih baik
^___^.
Study
Plan, Statemen of Purpose and Research Proposal?
Syarat yang harus dipenuhi
bisa ketiganya atau bisa juga hanya salah satu, tergantung syarat dari
penyelenggara beasiswa. Namun yang paling umum diminta adalah study plan.
Beasiswa S2 dan S3 dalam dan luar negeri hampir semuanya mensyaratkan study
plan. Untuk beasiswa ADS Australia, beasiswa pemerintah Jepang, dan Kemendiknas
mensyaratkan adanya proposal penelitian. Walaupun tidak semua beasiswa
mensyaratkan adanya proposal penelitian, namun mulai tahun 2013 kampus-kampus
besar di Indonesia sebagian besar mensyaratkan proposal penelitian sebagai
salah satu syarat pendaftaran program S2 dan S3. Jadi sebaiknya disiapkan saja.
Study plan biasanya memaparkan pengalaman study ataupun aktivitas lapangan yang
mendukung study lanjut kamu, kemudian perencanaan selama kuliah (disini lebih
banyak memaparkan rencana penelitian), dan rencana paska kuliah (kaitannya
dengan kontribusi hasil penelitianmu). Tips untuk membuat study plan dan
proposal riset, bacalah sebanyak mungkin referensi, minimal 50 jurnal, kemudian
sisihkan beberapa yang benar-benar sesuai untuk dipelajari lebih dalam.
Sebaiknya carilah jurnal-jurnal terbitan terbaru, sehingga kamu mengetahui
sejauhmana perkembangan riset yang akan dipelajari. Jika bisa mendapatkan
jurnal internasional lebih baik. Jika kesulitan untuk download karena berbayar,
cobalah minta tolong kepada teman-teman yang kuliah di luar negeri atau di
kampus lain yang punya akses jurnal internasional gratis (jika ada) untuk
membantu download. Jika tetap kesulitan, carilah jurnal lain yang bisa
didownload gratis, banyak ko. Pinter-pinternya kita aja masukan keyword di
search engine. Sebagian besar beasiswa Indonesia, biasanya menitikberatkan
topik riset dengan kontribusinya untuk pembangunan Indonesia. Untuk mengetahui
arah kebijakan riset di Indonesia dan arah pembangunan ekonomi di Indonesia,
sebaiknya kamu baca juga draft ARN (Agenda Riset Nasional) dan MP3EI (Master
Plan Perencanaan Percepatan Pembangunan Ekonomi Indonesia). Di dalam draft
tersebut banyak dipaparkan rencana strategis riset dan penataan IPTEK yang
mendukung pembangunan Indonesia ditinjau dari berbagai keilmuan. So, kamu bisa
dapat ide riset juga dari sana. Kedua draft tersebut bisa diperoleh dengan
download gratis.
Surat
Rekomendasi
Surat rekomendasi
biasanya dibutuhkan sebanyak 1 atau dari 2 orang yang mengenal kita dengan baik
di bidang akademik atau pekerjaan. Jadi kamu bisa mengajukan surat permohonan
surat rekomendasi ini kepada dosen atau atasan kerja, diprioritaskan yang bergelar
minimal DR. atau Prof. Format atau content surat rekomendasi biasanya sudah
disediakan oleh lembaga pemberi beasiswa, kamu tinggal download aja dan
diserahkan kepada dosen/atasan yang bersangkutan. Usahakan agar diberi kop dan
stempel resmi instansi agar lebih formal. Dan berhubung dosen/atasan itu
biasanya orang-orang sibuk, maka mintalah surat rekomendasinya jauh-jauh hari. Biasanya
kalau mereka sudah percaya sama kita, mereka akan meminta kita sendiri yang
membuat kontennya beliau tinggal mengoreksi dan tanda tangan, hehe..kalau yang
dapat seperti ini akan lebih mudah.
LoA
(Letter of Acceptance)
LoA ini biasanya
diperoleh jika kita sudah diterima sebagai mahasiswa di suatu universitas.
Beberapa pemberi beasiswa seperti Dikti, Kemendiknas, beasiswa master UI, UGM,
ITB, dan Panasonic Scholarship untuk kuliah ke Jepang biasanya mensyaratkan
adanya LoA. Namun banyak juga beasiswa yang tidak mensyaratkan adanya LoA. Intinya
tidak semua mensyaratkan ada LoA.
Batas
minimal usia
Usia 35 tahun biasanya
batas maksimal untuk memperoleh beasiswa master. Dikti mensyaratkan maks usia
26 tahun utk beasiswa master dan 30 tahun utk doktor. Setiap pemberi beasiswa berbeda dalam memberi batasan usia maksimal.
Jadi selagi kamu masih muda bersemangatlah untuk mencari beasiswa supaya gak
keburu deadline usianya ^___^
Dan masih ada beberapa
tips lagi, Insya Allah akan saya posting di tulisan selanjutnya.
Image: Gwangju Institute Science and Technology, mimpi saya adalah riset nanomaterial disana tapi Allah belum menjodohkan, ternyata jodoh beasiswa saya di LPDP :).
Assalamu alaikum. Mbak, saya berkeinginan untuk mngjuk lmran beasiswa ke LPDP, akn tetapi saya merasa kurang referensi. klo boleh mbak, mhon saya dikirimi brkas yg mbak kirimkn ke LPDP. terima kasih.
ReplyDeleteisyammaliki@yahoo.com
mba apakah beasiswa LPDP dapat menggunakan AcEPT apabila tujuannya UGM?
ReplyDeleteterima kasih
salam kenal mbak tri, saya nirka. Terimakasih banyak mbak... tulisannya sangat membantu.. :))
ReplyDelete