Home » , » Tips Lolos Wawancara Beasiswa BPI

Tips Lolos Wawancara Beasiswa BPI


Banyak surprise yang saya peroleh di bulan September 2022 ini, salah satunya adalah saya lulus dalam seleksi Beasiswa Pendidikan Indonesia (BPI). Saya mengambil skema BPI Pendidikan Tinggi Akademik Program S3 Dalam Negeri. Syarat untuk melamar skema ini adalah dosen di Perguruan Tinggi Akademik yang telah memiliki NIDN atau nomor induk dosen lainnya. Adapun BPI menawarkan banyak skema beasiswa baik untuk S1, S2, maupun S3 yang dapat diakses melalui laman resminya. Saya sempat tidak lolos seleksi administrasi karena dikira sudah mahasiswa on going, padahal saya sudah melampirkan surat keterangan defer di dalam LoA. Kelebihan beasiswa BPI adalah terdapat periode sanggah dimana yang tidak lolos seleksi administrasi yang menyangkut aspek kelengkapan dokumen diberikan kesempatan untuk mengklarifikasi dan mengupload ulang dokumen yang ditanyakan. Salah satu yang paling challenging dalam proses seleksi beasiswa adalah wawancara yang umumnya menjadi tahapan seleksi akhir, butuh kesiapan fisik dan mental untuk menjawab berbagai pertanyaan reviewer yang seringkali unpredictable. Berikut ini ada beberapa tips sesuai dengan pengalaman saya untuk lolos seleksi wawancara beasiswa BPI.

1. Be prepared sebelum waktu yang dijadwalkan
Wawancara saya dilakukan secara online melalui zoom, saat itu jadwal saya di undangan adalah pukul 13.00, namun di dalam undangan diminta stand by sejak 2 jam sebelumnya, dan betul saja saya diminta oleh panitia yang menghubungi by whatsapp untuk masuk ke ruang zoom meeting sekitar pukul 11.30. Pengalaman saya sewaktu wawancara beasiswa LPDP saat studi S2 juga sama, jadwal wawancara saya lebih cepat dari yang dijadwalkan. Time readiness ini sangat penting karena akan berpengaruh ke kesiapan mental kita. Kondisi yang panik akan membuat konsentrasi terpecah dan akhirnya membuat kita tidak dapat berfikir jernih dalam menjawab setiap pertanyaan reviewer. 

2. Persiapkan materi wawancara dengan baik
Permasalahannya kita tidak tahu dan tidak diberi tahu apa saja materi wawancara yang akan ditanyakan. Namun kabar baiknya, dari pengalaman saya mengikuti berbagai seleksi beasiswa studi, pertanyaan wawancara tidak akan jauh-jauh dari dokumen baik itu rencana studi, CV, rencana proposal penelitian, self-assessment maupun esay yang kita tulis. Untuk beasiswa BPI self-assessment dan essay-nya ini banyak sekali jadi harus dicicil membuatnya. Ada sekitar 5 pertanyaan self-assessment yang harus dijelaskan dalam bentuk essay sepanjang 1500-2000 kata per pertanyaan (khusus S3), dan 2 essay lainnya dengan jumlah kata yang sama (khusus S3), untuk jenjang pendidikan yang lebih rendah jumlah kata yang diminta sepertinya lebih sedikit. Tips menulis essay tersebut: dicicil, buat outline terlebih dahulu untuk kemudian dikembangkan sendiri substansinya (jangan pernah copas dari internet yaa), be honest hanya ceritakan yang benar-benar diri kamu, pengalaman kamu, inspirasi kamu, ataupun hal-hal lainnya yang menggambarkan diri kamu yang sebenarnya. Semoga jika ada waktu saya akan membahas perihal khusus essay BPI di tulisan lain. 

Saat itu saya sudah menyiapkan banyak list kemungkinan pertanyaan dari topik-topik yang sering muncul di wawancara beasiswa LPDP, mengingat BPI saat ini kan dikelola oleh LPDP. Tapi seperti yang saya sampaikan di awal, pada kenyataannya topiknya memang unpredictable yang keluasan topiknya sangat berbeda dengan saat wawancara LPDP S2 dulu. Pada wawancara BPI kali ini, mungkin karena untuk studi S3, hampir 90% pertanyaan terkait dengan riwayat penelitian, rencana penelitian; dan sisanya sedikit topik tentang rencana studi dan bagaimana menghadapi conflict issue saat studi untuk memastikan saya bisa lulus tepat waktu. 

Ada tiga orang yang menginterview saya dengan fokus pertanyaan yang berbeda: pewawancara pertama, topiknya tentang potensi pengembangan inovasi dari calon penerima beasiswa. Pertanyaannya kira-kira seputar hibah-hibah penelitian yang pernah diperoleh termasuk pertanyaan khusus tentang Matching Fund Kedaireka, adakah potensi produk yang bisa dipatenkan dari hibah tersebut, jumlah publikasi selama menjadi dosen, diseminasi hasil risetnya seperti apa yang sudah dilakukan, rencana lima tahun pasca studi, judul publikasi yang akan diterbitkan dari riset S3, dan sisanya menggali tentang rencana proposal disertasi. Yang challenging, pertanyaan-pertanyaan beliau ini cepat sekali dan langsung to the point ke hal-hal substantif, so bener-bener nggak bisa ngarang. Bayangkan saja ditanya secara cepat kayak kuis apa gitu, dalam tekanan time and situation, pastinya yang kemudian muncul adalah jawaban-jawaban spontan yang langsung menjawab substansi pertanyaan. Beliau ini penanya pertama, jadi saya bayangkan kalau udah desperate di tahapan ini kayaknya akan hopeless juga di reviewer berikutnya karena udah kena mental. Sebagai informasi, saya memiliki 18 publikasi yang dicantumkan di CV pendaftaran beasiswa (mayoritas jurnal nasional terakreditasi), empat hibah Kompetitif Nasional yang diperoleh selama kurun waktu 6 tahun menjadi dosen (3 diantaranya ketua pengusul) dan menyusun 2 proposal hibah Matching Fund yang salah satunya lolos pendanaan. Pada part Matching Fund ini saya jelaskan posisi saya hanya membantu penyusunan proposal bukan sebagai tim pengusul, dimana permohonan membantu penyusunan pun karena kompetensi bidang, namun disini saya bisa menjelaskan detail substansi usulan dan cipta reka teknologi usulan serta potensi patennya karena memang benar terlibat dalam penyusunan proposal tersebut. Selanjutnya, dari satu disertasi saya menyebutkan tiga target publikasi jurnal internasional bereputasi yang dicicil publikasi per tahun dari mulai artikel literature review, hasil studi kualitatif dan terakhir hasil studi kuantitatif (penelitian saya menggunakan pendekatan mixed-method). Adapun pertanyaan untuk substansi proposal adalah alasan pemilihan topik dan novelty. 

Reviewer kedua pertanyaannya lebih sedikit, seputar alasan pemilihan program studi tujuan hubungannya dengan linieritas keilmuan, rencana implementasi hasil disertasi, dan beberapa hal tentang metodologi penelitian khususnya di pengumpulan data dan analisis data. Sedangkan reviewer terakhir bertanya lebih sedikit lagi, kalau tidak salah hanya tentang apakah yakin bisa lulus tepat waktu dan bagaimana mengatasi kekecewaan dalam hidup. Pertanyaan terakhir inipun muncul karena ada jawaban saya sebelumnya yang menimbulkan pertanyaan tersebut. Mereka juga bertanya lebih santai. So far yang paling challenging adalah di reviewer pertama. Jika dibandingkan dengan topik pertanyaan wawancara LPDP S2 saya dulu, topik pertanyaan wawancara BPI ini jauh lebih simple, namun perlu memiliki prestasi dan pengalaman-pengalaman yang memadai selama menjadi dosen, terutama dalam aspek penelitian. So, bagi teman-teman dosen yang ingin mendaftar beasiswa ini, dari sekarang dapat mulai membangun portofolio penelitiannya terlebih dahulu. Mungkin tidak harus banyak penelitian dan publikasinya, namun yang terpenting kamu bisa menonjolkan passion kamu dalam bidang penelitian apa. Jadi usahakan area topik penelitiannya konsisten ya karena yang saya lihat dari reviewer sebenarnya mereka hanya ingin melihat kita ini punya passion atau tidak. Jika kamu sudah punya road map penelitian barangkali akan lebih baik untuk komitmen menjalankan itu.

3. Tenang, don't panic or nervous
Terakhir tips dari saya perbanyak berdzikir dan berdo'a di hari H wawancara supaya hati dan pikiran kita tenang. Jika perlu lakukan meditasi jika merasa overthinking. Minta do'a dan restu juga dari orang tua jika masih ada, do'a mereka itu powerful. Dengan ketenangan hati dan pikiran maka kita akan bisa berfikir dengan jernih. Energi positif kita juga akan memancar kepada orang lain sehingga reviewer-nya akan yakin bahwa kita adalah kandidat yang tepat untuk menerima beasiswa. Intinya tahapan wawancara ini adalah untuk melihat potensi dan kesiapan kita untuk studi dan tentunya mereka hanya akan meloloskan pelamar yang memenuhi kriteria saja. Artinya jika ternyata belum lolos seleksi, don't blaming outside circumstances or others (such as reviewers or scholarship providers) or yourself either. Tetapi cobalah evaluasi kesiapan kita, barangkali memang kita belum siap untuk moment itu sehingga Allah ngasih waktu untuk kita berjuang lagi dengan persiapan yang lebih matang. Atau barangkali ada rejeki kita yang lebih baik di tempat lain. Everything will comes to you at the right time and the right place, believe it. Ada banyak cara untuk kita staying positif dan moving forward meskipun gagal dalam suatu hal. Bagi saya kegagalan adalah hal yang biasa, justru dari situ saya banyak belajar dan terus bertumbuh. Yang terpenting adalah menanamkan mindset tumbuh. Ciri orang yang punya mindset tumbuh: selalu berfikir positif, optimis, persisten, dan jika menghadapi masalah mereka taking responsibility, taking initiatif, taking lesson untuk menemukan alternatif-alternatif solusi terbaik.

source of image: https://pixabay.com/id/photos/burung-hantu-komputer-headphone-947768/ 

2 komentar:

Popular Posts

 
Support : facebook | twitter | a-DHA White Series
Copyright © 2013. Moving Forward - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger