Selain persiapan awal sederet dokumen yang sudah saya sebutkan di postingan sebelumnya, ternyata untuk kuliah di luar negeri, masih ada persiapan penting lainnya loh. Simak nih ..
Pertama
adalah jaringan.
Salah satunya bisa lewat PPI
(Perhimpunan Pelajar Indonesia) yg sudah tersebar di beberapa negara. Dari mereka saya
mendapatkan informasi para profesor yang lagi butuh mahasiswa dan membantu
download jurnal internasional yang ber-purchase. Mereka juga sangat membantu
saya mengoreksi study plan dan info lain seputar strategi memperoleh beasiswa. Mereka
juga akan sangat membantu jika saatnya nanti kita sudah dapat beasiswa. Namun
ada hal penting yang harus diperhatikan adalah masalah etika komunikasi. Jangan
bertanya apapun selama kita masih bisa mencarinya sendiri, termasuk info2
beasiswa, Prof, dsb. Kalo mentok udah nyari tapi tetap gak menemukan, baru
minta orang lain untuk membantu mencari. Jangan
dibiasakan memanjakan diri kita untuk bergantung kepada orang lain sebelum kita
berusaha.
Kedua
adalah persiapan mental.
Kultur belajar di Indonesia tentu akan sangat berbeda dengan luar negeri. Hasil
sharing saya dengan beberapa teman di Korsel, mahasiswa science terbiasa mengerjakan penelitian di lab rata-rata 12
jam sehari, bahkan ada yg sampai 24 jam. Seorang teman di lab material
science di Korsel ketika saya hubungi untuk kontak salah satu prof-nya
mengatakan bahwa di lab dia hanya menerima mahasiswa putra karena saking
kerasnya mereka ketika bekerja di lab sampai tidak menerima mahasiswa putri. Kondisi
ini tentunya menuntut persiapan mental yang matang dari kita. Membiasakan diri bekerja dan belajar lebih
keras adalah salah satu upaya yang bisa kita lakukan saat ini. Semua orang
punya potensi untuk menjadi mahasiswa berprestasi selama dia mau berusaha. Bahkan
ada satu kisah nyata yang cukup lucu, seorang penggemar K-Pop yang dapat
beasiswa di Korsel, setelah kuliah di Korsel malah jadi membenci K-Pop karena
dia dipaksa bekerja keras di Lab oleh Prof-nya hehe.... Jadi, jauhkan
sejauh-jauhnya sifat malas dan bersantai-santai karena itu adalah penyakit yang
dapat membunuh mentalmu. Termasuk persiapan mental ini juga adalah membangun
rasa percaya diri.
Ketiga,
fokus. Kita mau cari beasiswa apa? Dalam negeri?
Luar negeri? Negara mana? Universitas apa? Cari info sebanyak-banyaknya. Ini
penting terkait dokument2 yang harus disiapkan. Setiap kampus khususnya universitas negeri
biasanya menyediakan financial support (beasiswa) bagi mahasiswa asing. Besarnya
beasiswa beragam. Jadi kita kudu cermat
memilih kampus mana yang financial suportnya tinggi, tentunya kita pilih
yang lebih besar yg meliputi living cost, dormitory, research cost, kesehatan,
dan kalo ada tiket pesawat PP (meskipun hanya kelas ekonomi, tapi lumayan loh).
Kalo biaya kuliah biasanya sudah otomatis ditanggung universitas saat kita dinyatakan
mendapat beasiswa. Beasiswa
dari pemerintah (negara yang dituju) biasanya lebih besar,
kisarannya mungkin sekitar 14-15jt/bulan jika dirupiahkan, tapi prosedurnya rumit,
saingannya lebih banyak, dan 1 tahun wajib ikut course bahasa setempat. Sedangkan
beasiswa dari universitas biasanya lebih kecil (sekitar 20-30% dari beasiswa
pemerintahnya), dan jarang ada fasilitas tiket pesawat.
Ketiga
adalah persiapan fisik.
Tuntutan kuliah yang keras di luar negeri menuntut fisik kita lebih kuat.
Jangan sampai orang Indonesia kelihatan loyo, meskipun kurus kayak saya harus
tetap energik hehe.... bahkan di negara yang memiliki 4 musim, perlu dipikirkan
jga persiapan menjelang Ramadhan. Sebagai gambaran menghadapi musim panas, kalo Ramadhan jatuh pada musim panas, akan
menyebabkan siang hari lebih lama dari malam-nya. Jadinya muslim di negara
tersebut waktu puasanya lebih lama dibandingkan di negara lain. Ramadhan tahun
lalu misalnya, Belanda berpuasa 4 jam lebih lama dibandingkan Indonesia, dan
Korea berpuasa 2 jam lebih lama dibandingkan Indonesia. Saya tanya kepada salah
satu teman di Korea gimana pengaruhnya terhadap aktivitas kuliah? Dia bilang
biasa saja. Semua aktivitas berjalan normal karena muslim disana sudah berlatih
puasa sejak sebelum Ramadhan. It’s cool kan ^___^ Begitupun menghadapi musim dingin, perlu
ketahanan tubuh ekstra, karena pastinya cuacanya beda dengan negara tropis yang
kalaupun musim hujan tetap hangat. Sebagai gambaran, musim dingin di Korea
tahun lalu mencapai -90C. It’s freeze kan ^___^. Yang seru kayaknya
musim semi hehe... ini mimpi saya pengen liat kebun2 bunga yang lagi
bermekaran, tapi saya juga sering memimpikan musim saljunya soalnya di Indo gak
pernah ada salju :)).
Keempat,
persiapan ruhiyah.
Ini terkait bagaimana cara kita membangun kedekatan dengan Allah. Beasiswa
adalah sebuah rezeki. Dan Allah yang Maha Mengatur rezeki manusia. Allah
memiliki skenario terbaik atas semua yang dicita-citakan oleh manusia. Ada yang
rezekinya dimudahkan, ada yang mungkin jalannya berliku. Ada yang mungkin 1
kali apply langsung dapat beasiswa, ada yang butuh perjuangan panjang baru
dapat beasiswa. Semua ada kisah heroiknya masing-masing. Namun yakinlah bahwa
Allah telah mengatur semuanya. Jika tahun ini gagal, maka yakinlah ada
kesempatan yang lebih luas di tahun depan. Semuanya butuh proses, kita gagal,
bukan berarti kita bodoh, tapi bisa jadi Allah tahu bahwa kemampuan kita memang
belum layak untuk mendapatkan beasiswa saat itu. Allah bermaksud memberi jeda
kepada kita untuk meningkatkan kemampuan kita sehingga kita menjadi layak
mendapatkan beasiswa. Kita harus belajar jujur pada diri sendiri. Bila kita
belum optimal ikhtiar, maka jangan salahkan siapapun jika masih gagal. Namun
jika kita sudah benar2 optimal berusaha, tugas kita adalah tawakal dengan
banyak berdo’a kepada Allah. Dan kata pak Mario Teguh, do’a terbaik untuk urusan rezeki adalah berusaha ^^. Allah sedang
menunggu saat yang tepat untuk memberikan rezeki beasiswa kita. Jika beasiswa
itu adalah rezekinya kita, Insya Allah tak akan lari kemana. We must believe it
^___^.
Terakhir
buat perencanaan, tuliskan dan action. Buat rencana
strategis dari mulai jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang.
Sejak saya kuliah semester 1, saya sudah terbiasa membuat rencana
strategis dan target-target. Dan percaya atau tidak, 90% dari apa yang telah saya
tuliskan alhamdulillah tercapai, kecuali 1 yakni lulus S1 tidak sesuai target.
Dari mulai hal2 kecil dan sepele sampai hal2 besar dan tetap saya tuliskan dan alhamdulillah satu persatu terwujud. Bahkan
ternyata yang awalnya saya pikir mustahilpun terwujud ^__^. Saya tidak malu
untuk menempel target2 itu di dinding kamar bahkan ketika orang-orang membacanya,
saya persilahkan. Karena setiap kali mereka membaca setiap kali itu juga mereka
memberi saya motivasi. Saya selalu memvisualisasikan
cita-cita saya dimanapun, sehingga dengan melihat itu semangat saya tetap
tumbuh. Dan motivator terbesar
adalah dukungan keluarga pastinya. Motivator terbesar bagi saya adalah saya
sendiri, kakak, ibu, dan seseorang yang ada di dunia antah berantah hehe...the
white horse prince yang masih hiden. Kakak saya yang punya anak 4 pun masih semangat
melanjutkan S2, mosok saya yang masih single kalah :D. Seorang teman saya alumni UGM kuliah S3 di Jepang
sambil momong bayinya yang masih berusia beberapa bulan. Dari situ saya
belajar, bahwa tidak ada yang mustahil di dunia ini selama kita memiliki tekad
yang kuat. Insya Allah akan diberikan jalan dan kemudahan karena tekad itu. Dan
target saya adalah insya Allah kuliah S3 di luar negeri. Amin ya Rabb.
Hy kakak apa skrg masih d korea?
ReplyDeleteAmiin Ya Allah. gimana sudah tercapaikah Ka? :)
ReplyDelete