Home » , » Kuliah di Luar Negeri, Mental dan Fisik Harus Oke!

Kuliah di Luar Negeri, Mental dan Fisik Harus Oke!

Selain persiapan awal sederet dokumen yang sudah saya sebutkan di postingan sebelumnya, ternyata untuk kuliah di luar negeri, masih ada persiapan penting lainnya loh. Simak nih ..

Pertama adalah jaringan. Salah satunya bisa lewat PPI (Perhimpunan Pelajar Indonesia) yg sudah tersebar di beberapa negara. Dari mereka saya mendapatkan informasi para profesor yang lagi butuh mahasiswa dan membantu download jurnal internasional yang ber-purchase. Mereka juga sangat membantu saya mengoreksi study plan dan info lain seputar strategi memperoleh beasiswa. Mereka juga akan sangat membantu jika saatnya nanti kita sudah dapat beasiswa. Namun ada hal penting yang harus diperhatikan adalah masalah etika komunikasi. Jangan bertanya apapun selama kita masih bisa mencarinya sendiri, termasuk info2 beasiswa, Prof, dsb. Kalo mentok udah nyari tapi tetap gak menemukan, baru minta orang lain untuk membantu mencari. Jangan dibiasakan memanjakan diri kita untuk bergantung kepada orang lain sebelum kita berusaha

Kedua adalah persiapan mental. Kultur belajar di Indonesia tentu akan sangat berbeda dengan luar negeri. Hasil sharing saya dengan beberapa teman di Korsel, mahasiswa science terbiasa mengerjakan penelitian di lab rata-rata 12 jam sehari, bahkan ada yg sampai 24 jam. Seorang teman di lab material science di Korsel ketika saya hubungi untuk kontak salah satu prof-nya mengatakan bahwa di lab dia hanya menerima mahasiswa putra karena saking kerasnya mereka ketika bekerja di lab sampai tidak menerima mahasiswa putri. Kondisi ini tentunya menuntut persiapan mental yang matang dari kita. Membiasakan diri bekerja dan belajar lebih keras adalah salah satu upaya yang bisa kita lakukan saat ini. Semua orang punya potensi untuk menjadi mahasiswa berprestasi selama dia mau berusaha. Bahkan ada satu kisah nyata yang cukup lucu, seorang penggemar K-Pop yang dapat beasiswa di Korsel, setelah kuliah di Korsel malah jadi membenci K-Pop karena dia dipaksa bekerja keras di Lab oleh Prof-nya hehe.... Jadi, jauhkan sejauh-jauhnya sifat malas dan bersantai-santai karena itu adalah penyakit yang dapat membunuh mentalmu. Termasuk persiapan mental ini juga adalah membangun rasa percaya diri. 

Ketiga, fokus. Kita mau cari beasiswa apa? Dalam negeri? Luar negeri? Negara mana? Universitas apa? Cari info sebanyak-banyaknya. Ini penting terkait dokument2 yang harus disiapkan. Setiap kampus khususnya universitas negeri biasanya menyediakan financial support (beasiswa) bagi mahasiswa asing. Besarnya beasiswa beragam. Jadi kita kudu cermat memilih kampus mana yang financial suportnya tinggi, tentunya kita pilih yang lebih besar yg meliputi living cost, dormitory, research cost, kesehatan, dan kalo ada tiket pesawat PP (meskipun hanya kelas ekonomi, tapi lumayan loh). Kalo biaya kuliah biasanya sudah otomatis ditanggung universitas saat kita dinyatakan mendapat beasiswa. Beasiswa dari pemerintah (negara yang dituju) biasanya lebih besar, kisarannya mungkin sekitar 14-15jt/bulan jika dirupiahkan, tapi prosedurnya rumit, saingannya lebih banyak, dan 1 tahun wajib ikut course bahasa setempat. Sedangkan beasiswa dari universitas biasanya lebih kecil (sekitar 20-30% dari beasiswa pemerintahnya), dan jarang ada fasilitas tiket pesawat. 

Ketiga adalah persiapan fisik. Tuntutan kuliah yang keras di luar negeri menuntut fisik kita lebih kuat. Jangan sampai orang Indonesia kelihatan loyo, meskipun kurus kayak saya harus tetap energik hehe.... bahkan di negara yang memiliki 4 musim, perlu dipikirkan jga persiapan menjelang Ramadhan. Sebagai gambaran menghadapi musim panas, kalo Ramadhan jatuh pada musim panas, akan menyebabkan siang hari lebih lama dari malam-nya. Jadinya muslim di negara tersebut waktu puasanya lebih lama dibandingkan di negara lain. Ramadhan tahun lalu misalnya, Belanda berpuasa 4 jam lebih lama dibandingkan Indonesia, dan Korea berpuasa 2 jam lebih lama dibandingkan Indonesia. Saya tanya kepada salah satu teman di Korea gimana pengaruhnya terhadap aktivitas kuliah? Dia bilang biasa saja. Semua aktivitas berjalan normal karena muslim disana sudah berlatih puasa sejak sebelum Ramadhan. It’s cool kan ^___^ Begitupun menghadapi musim dingin, perlu ketahanan tubuh ekstra, karena pastinya cuacanya beda dengan negara tropis yang kalaupun musim hujan tetap hangat. Sebagai gambaran, musim dingin di Korea tahun lalu mencapai -90C. It’s freeze kan ^___^. Yang seru kayaknya musim semi hehe... ini mimpi saya pengen liat kebun2 bunga yang lagi bermekaran, tapi saya juga sering memimpikan musim saljunya soalnya di Indo gak pernah ada salju :)).

Keempat, persiapan ruhiyah. Ini terkait bagaimana cara kita membangun kedekatan dengan Allah. Beasiswa adalah sebuah rezeki. Dan Allah yang Maha Mengatur rezeki manusia. Allah memiliki skenario terbaik atas semua yang dicita-citakan oleh manusia. Ada yang rezekinya dimudahkan, ada yang mungkin jalannya berliku. Ada yang mungkin 1 kali apply langsung dapat beasiswa, ada yang butuh perjuangan panjang baru dapat beasiswa. Semua ada kisah heroiknya masing-masing. Namun yakinlah bahwa Allah telah mengatur semuanya. Jika tahun ini gagal, maka yakinlah ada kesempatan yang lebih luas di tahun depan. Semuanya butuh proses, kita gagal, bukan berarti kita bodoh, tapi bisa jadi Allah tahu bahwa kemampuan kita memang belum layak untuk mendapatkan beasiswa saat itu. Allah bermaksud memberi jeda kepada kita untuk meningkatkan kemampuan kita sehingga kita menjadi layak mendapatkan beasiswa. Kita harus belajar jujur pada diri sendiri. Bila kita belum optimal ikhtiar, maka jangan salahkan siapapun jika masih gagal. Namun jika kita sudah benar2 optimal berusaha, tugas kita adalah tawakal dengan banyak berdo’a kepada Allah. Dan kata pak Mario Teguh, do’a terbaik untuk urusan rezeki adalah berusaha ^^. Allah sedang menunggu saat yang tepat untuk memberikan rezeki beasiswa kita. Jika beasiswa itu adalah rezekinya kita, Insya Allah tak akan lari kemana. We must believe it ^___^.

Terakhir buat perencanaan, tuliskan dan action. Buat rencana strategis dari mulai jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. Sejak saya kuliah semester 1, saya sudah terbiasa membuat rencana strategis dan target-target. Dan percaya atau tidak, 90% dari apa yang telah saya tuliskan alhamdulillah tercapai, kecuali 1 yakni lulus S1 tidak sesuai target. Dari mulai hal2 kecil dan sepele sampai hal2 besar dan tetap saya tuliskan dan alhamdulillah satu persatu terwujud. Bahkan ternyata yang awalnya saya pikir mustahilpun terwujud ^__^. Saya tidak malu untuk menempel target2 itu di dinding kamar bahkan ketika orang-orang membacanya, saya persilahkan. Karena setiap kali mereka membaca setiap kali itu juga mereka memberi saya motivasi. Saya selalu memvisualisasikan cita-cita saya dimanapun, sehingga dengan melihat itu semangat saya tetap tumbuh. Dan motivator terbesar adalah dukungan keluarga pastinya. Motivator terbesar bagi saya adalah saya sendiri, kakak, ibu, dan seseorang yang ada di dunia antah berantah hehe...the white horse prince yang masih hiden. Kakak saya yang punya anak 4 pun masih semangat melanjutkan S2, mosok saya yang masih single kalah :D. Seorang teman saya alumni UGM kuliah S3 di Jepang sambil momong bayinya yang masih berusia beberapa bulan. Dari situ saya belajar, bahwa tidak ada yang mustahil di dunia ini selama kita memiliki tekad yang kuat. Insya Allah akan diberikan jalan dan kemudahan karena tekad itu. Dan target saya adalah insya Allah kuliah S3 di luar negeri. Amin ya Rabb.



2 komentar:

Popular Posts

 
Support : facebook | twitter | a-DHA White Series
Copyright © 2013. Moving Forward - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger