Beberapa perusahaan
yang masuk kategori National Champion adalah Teh Botol Sosro, JNE, Garuda
Indonesia, Prodia, Sunpride, Kimia Farma, Femina, Tempo, Kompas, Promag,
Djarum, dan Adi Karya. Inisiatif minuman teh dalam botol kemasan ala Teh Botol
Sosro sebenarnya lahir dari sebuah kebetulan dari kejadian riil di lapangan. Di
awal perusahaan ini berdiri dilakukan tester minum teh yang diracik sendiri.
Namun karena proses meraciknya lama orang pada bosan mengantri sehingga
konsumen banyak yang memilih pergi sebelum menyicipi tester. Agar proses
sampling berjalan efisien dibuat inisiatif minuman teh seduh yang sediakan dalam
botol-botol. Ternyata ide ini menarik dan kemudian menginspirasi sang Owner
untuk membuat minuman teh dalam kemasan (botol). Sosro terlahir sebagai produk
lokal yang orisinil baik dari bahan maupun prosesnya dengan tagline yang sangat
pas untuk masyarakat lokal “pelepas dahaga.”
Kekuatan Teh Botol
Sosro sangat terletak pada strategi distribusi dan branding. Dalam hal
distribusi perusahaan selalu mendekatkan sumber bahan baku teh dengan pasar
sehingga menekan biaya distribusi dan produk sampai ke pasar tepat waktu. Sejak
tahun 2000 Sosro melakukan proses branding tiada henti. Mulai dari menjajakan
teh botolnya di warung-warung/toko yang mudah terlihat dimana-mana melalui
pemerataan distribusi ke berbagai wilayah. Kemudian iklan dengan berbagai
tagline seperti yang terkenal “apapun makanannya minumannya teh botol sosro”.
Tujuh dari 10 pabrik membuka kunjungan umum agar masyarakat melihat proses
produksi langsung, tujuannya lagi-lagi adalah branding untuk membangun Word of
Mouth (WOM) diantara mereka. Dan akhirnya mereka meningkatkan engagement dengan pelanggan melalui
model sniper, membidik pelanggan tepat ke sasaran dengan mulai fokus one on
one.
#JNE. Blue Ocean
Strategy sangat relevan untuk menggambarkan serunya pertarungan di industri
logistik, termasuk jasa pengiriman (kurir). Gafeksi menyebutkan terdapat
setidaknya 3.207 perusahaan yang menggeluti bidang ini. Tingginya persaingan
pada akhirnya membuat banyak industri tumbang. Namun demikian JNE tetap
merupakan branding untuk jasa kurir di Indonesia. Artinya ketika menyebut jasa
kurir, JNE adalah brand pertama yang terlintas di benak masyarakat pada
umumnya. Local factor is matter. Ada setidaknya tiga strategi JNE sehingga
menjadi brand leader, yakni meluaskan pasar, JNE memperluas target pelanggan
sehingga terus menarik konsumen baru. Kedua, menambah layanan produk agar dapat
meningkatkan pemakaian. Ketiga terus meningkatkan kualitas layanan sehingga
menjadi value added service yang memunculkan kepuasan dan loyalitas. Secara
umum, startegi ini sebenarnya tidak memiliki diferensiasi dengan kurir lain,
namun yang menarik dari JNE mereka sangat memahami kondisi infrastruktur dan
kultur ditambah kemampuan expanding market melalui pola kemitraan yang disebut Cash Counter JNE dengan bagi hasil yang
cukup menggiurkan cukup ampuh untuk menjadikan JNE melesat dan leading. Dengan
strategi ini mereka mampu menyajikan informasi pengiriman secara riil time dan
on time.
Untuk industri media,
rasanya tak ada yang mudah menyaingi harian Kompas, per hari mencapai 400ribu-500ribu
eksmplar dengan jumlah pembaca mencapai 1,8 juta/hari dan terdistribusi hampir
ke seluruh wilayah Indonesia. Kompas sangat adatif terhadap perubahan. Dari
segi konten misalnya, kemiskinan dan pendidikan telah lama menjadi concern
utama Kompas bahkan inilah yang menjadi alasan berdirinya Kompas, yakni ingin
menyuarakan keberpihakannya terhadap kaum tertindas dan termarginalkan. Gaya
penulisan mereka selalu hati-hati, correct, santun, dan critic with
understanding. Kompas juga adaptif terhadap perkembangan internet dengan
menyedikan portal berita online dengan tampilan home yang lebih segar, user
friendly, yang tidak hanya menyajikan berita teks namun juga gambar, video, dan
live streaming. Kompas membangun koneksi langsung dengan konsumen. Hadirnya Kompasiana
misalnya menjadi keunggulan media ini yang hampir sulit ditembus oleh media
lain baik lokal maupun asing.
#Promag, membangun
kekuatannya melalui marketing dan komunikasi produk yang efektif. Fase pertama,
mereka memanfaatkan media cetak, radio, hingga roadshow layar tancap untuk
membangun komunikasi produk. Promag memanfaatkan sandiwara radio Saur Sepuh
yang sedang happening kala itu utk iklan. Fase kedua, Promag mengedukasi
masyarakat dengan tema Ramadhan dengan menyasar segmen musim yang berpuasa.
Ramadhan merupakan peak season untuk produk antasida seperti Promag. Fase
ketiga, meningkatkan konsumsi produk. Kampanye digelar untuk tujuan ini dengan
mengedepankan pesan cara mengkonsumi Promag yang benar yakni 3-4 kali/hari.
Tuntas melewati tiga fase ini Promag menjadi merek terkenal. Kesuksesannya juga
tidak terlepas dari kemampuannya dalam meciptakan engagement dengan pelanggan
sekagus meningkatkan emotional bonding antara Promag dengan pelanggan. Hal ini
dilakukan dengan berbagai kegiatan misalnya program “Hidupkan Itikaf, Raih
Kemuliaan Ramadhan” dengan mengadakan itikaf bersama Deddy Mizwar. Promag juga
pandai membangun trending topic melalui sosial media.
Part terakhir dari
buku ini adalah tentang strategi Global Chaser. Beberapa perusahaan yang masuk
kategori Global Chaser adalah Polygon, J.CO, Semen Inodnesia, Mayora, Pertamina
Pelumas, Bio Farma, dan Telkom. Untuk strategi part terakhir ini bisa disimak
langsung dibukunya hehe..
Judul Buku : BEAT THE GIANT Strategi Merek Indonesia
Menandingi Merek Global dan Menjadi Tuan Rumah di Negeri Sendiri
Penulis : Yuswohadi, Dyah Hasto Palupi, Teguh
S. Pambudi
Penerbit : Kompas Gramedia
Tahun : 2013
Halaman : 545
Bandung, 24 Juli 2017
-THW-
Image source : https://www.diygenius.com/15-creative-brands-to-follow-on-instagram-for-inspiration/
Image source : https://www.diygenius.com/15-creative-brands-to-follow-on-instagram-for-inspiration/
0 komentar:
Post a Comment