Umumnya perusahaan
local challenger adalah perusahaan keluarga yang sukses karena spirit dan
kemampuan entrepreneurship yang kental dari pemimpin generasi pertama. Mereka
jeli melihat peluang pasar, berani ambil resiko, dan memiliki jejaring bisnis
luas. Ketika perusahaan ini berkembang, tampuk kepemimpinan beralih dari satu
generasi ke generasi berikutnya dan perlahan mulai menerapkan manajemen modern
sesuai tingkat pendidikan generasi tersebut.
#Local Uniqueness, kemampuan local challenger dalam bersaing dengan
merek global adalah karena memanfaatkan keunikan lokal. 1) Local market understanding, Wardah adalah pemain kosmetik yang
menyasar pasar wanita muslim. Dalam beberapa tahun terakhir muncul tren di
Indonesia dimana wanita mengenakan jilbab menjadi gaya hidup. Mereka tampil
modis, cantik, dan trendy. Tren ini kemudian membangkitkan kebutuhan kosmetik
yang customized untuk wanita
berjilbab. Wardah memposisikan diri di pasar ini dan mampu mengambil manfaat
dari tren ini.
2) Local customer knowledge, Sido Muncul mendominasi
pasar obat masuk angin karena perusahaan ini memahami kondisi sosiokultural
masyarakat Indonesia dalam mencari penyembuhan “penyakit langganan” seperti
masuk angin. Sido Muncul tahu bahwa sebagian besar masyarakat enggan
menggunakan obat barat seperti Paracetamol untuk keluhan masuk angin mereka
atau kerokan dinilai menyakitkan dan repot. Solusi dari Sido Muncul dalam
bentuk obat cair sachet dan permen menjadi pilihan utama konsumen.
3) Local Ingredient, yakni penggunaan bahan
baku lokal seperti yang dilakukan oleh Marta Tilaar selama lebih dari 40 tahun.
Ia menyandarkan keunggulan bersaingnya dengan memanfaatkan ide-ide produk yang
bersumber dari kearifan lokal dan kekayaan alam Indonesia. Indonesia memiliki
kekayaan alam yang melimpah yang dapat menjadi bahan baku produk yang berdaya
saing tinggi. Dan beberapa strategi lokal lainnya.
#Keunggulan sekaligus
kelemahan. Di pasar luar negeri keunggulan lokal ini menjadi kelemahan di pasar
global atau regional karena sulit diterima konsumen. Hal ini menjadi kesulitan
utama Local Challenger yang ingin mempeluas pangsa pasar global. Martha Tilaar
misalnya meski sukses di dalam negeri namun gagal ketika memasarkan produk di
Cina, Korsel, atau Jepang karena konsumen di negera tersebut sulit menerima kearifan
lokal nusantara. Demikian halnya dengan pegadaian, ia bisa sukses di dalam
negeri namun akan sulit menjalankan bisnisnya dalam pasar global. Hal ini
berbeda dengan produk lokal yang tak memiliki keunikan lokal seperti J.Co., ia
sukses membangun ekuitas merek di pasar dalam negeri namun juga mudah masuk ke
pasar global karena sejak awal produknya telah dicitrakan dengan merek global.
Produk yang hanya
mengandalkan keunikan lokal diprediksi tidak akan mampu bersaing lama dengan
pesaing global apalagi dengan hadirnya internet dimana akses informasi dan
brand semakin cepat. Terdapat beberapa sebab mereka dapat dipatahkan pesaing
global, yakni konsumen lokal terus berubah seiring perkembangan jaman yang
semuanya bermuara pada adopsi global. Contoh produk kosmetik korea sudah mulai
mendominasi di Indonesia. Kedua, keunikan lokal pada suatu titik dapat ditiru
oleh pemain global sehingga akhirnya produk lokal sulit membuat diferensiasi.
Beberapa contoh pemain global telah membuktikan hal ini. Ketiga pemain global
yang sudah puluhan tahun bermain di Indonesia akan semakin memahami karakter
unik dari pasar lokal sehingga mereka lebih mudah membuat strategi. Contoh MNC
Global dan Unilever telah berhasil memahami karakteristik unik tersebut.
Unilever kreatif mengembangkan produk, mengikuti kebutuhan, aspirasi, dan
perilaku konsumen lokal sehingga mampu menjadi pemain dominan di Indonesia.
#Strategic Route. Langkah strategis yang perlu dilakukan local
challenger antara lain: 1) focus on your
local uniqueness, seperti memahami pasar lokal, kompetensi dan karifan
lokal, atau hubungan unik dengan mitra lokal yang ini umumnya menjadi kelemahan
pemain global. Prinsipnya serang pemain raksasa pada titik-titik terlemah
mereka. MTG (Martha Tilaar Group) selalu melakukan survei ke daerah-daerah di
Nusantara untuk menggali kearifan lokal yang berkembang di seantero Nusantara
untuk dijadikan inspirasi tata rias. Tema-tema ini kemudian dikombinasikan
dengan tren tata rias dunia yang sedang hot saat itu. Kemudian mereka melakukan
kampanye pemasaran yang mengacu pada konsep East
Meet West. Dengan konsep ini mereka memiliki unique selling point dibandingkan pesaing global. Strategi lainnya
adalah membangun hubungan emosional dengan konsumen, membangun ikon brand, blending east and west, dll. Penjelasan
lebih lengkap dapat disimak secara mendalam di buku ini.
Judul Buku : BEAT THE GIANT Strategi Merek Indonesia
Menandingi Merek Global dan Menjadi Tuan Rumah di Negeri Sendiri
Penulis : Yuswohady, Dyah Hasto Palupi, dan
Teguh Pambudi
Penerbit : Kompas Gramedia
Tahun : 2013
Halaman : 545
Bandung, 6 Juli 2017
-THW-
source of image : http://educationaladvancement.org
0 komentar:
Post a Comment