Bisnis
menurut saya tidak perlu bakat atau gen. Kita bisa mulai dari apa yang yang
disukai alias hobi. Sejak kecil saya suka banget nulis. Just for fun, hanya
untuk saya nikmati sendiri, makanya meski hobi nulis tapi tak pernah tertarik
ikut lomba-lomba. Saya seringkali lupa waktu jika sudah nulis. Awalnya hanya
nulis di buku harian, kadang lembaran-lembaran kertas. Namun itu seringkali
hilang. Nah sayang banget kan. Sampai kemudian sekitar tahun 2007 kenal blog
dan mulai mengarsipkan tulisan-tulisan saya di blog. Blogging saat itu jadi hobi
banget karena ngerasa punya wadah yang spesial untuk nyalurin hobi nulis.
Saya belajar
blog sampai template editing secara otodidak dari buku-buku dan baca artikel
tutorial teknis yang banyak sekali di google. Entah berapa banyak blog yang
sudah dibuat, sampai lupa saking banyaknya. Sayangnya seringkali lupa pasword
dan akhirnya ditinggalkan. Solusinya saya fokus ke satu blog yang connecting ke
blog lain yang aktif.
Tahun 2012
saya mulai belajar bisnis lewat blog. Bukan google adsense, tapi jualan produk.
Ini pun di luar planning, bisa dibilang tak sengaja. Jadi sebelum beralih ambil
kuliah manajemen agribisnis saya kuliah di jurusan Kimia dan suka nulis artikel
tentang bahaya kosmetik pemutih bermerkuri atau yang pakai bahan kimia
berbahaya lain. Tulisan itu dibuat karena keprihatinan saya atas konsumen yang
nggak selektif milih kosmetik, asal hasilnya putih. Saya yakin karena
ketidaktahuan mereka sehingga mereka banyak terjebak pakai produk berbahaya.
Dari situ mulai deh banyak diskusi.
Kakak saya punya
bisnis kosmetik baru yang belum familiar di pasar. Produk ini hasilnya bagus
saya juga pakai, namun banyak banget produk palsunya. Info dari owner bahwa
produk asli yang beredar di pasar hanya 30%, artinya 70% yang dibeli konsumen
palsu. Hasil uji sampel produk palsu di Lab Kimia UGM menunjukkan kadar merkuri
>200 ppm. That is really poison. Dari
situ saya mulai membuat blog baru khusus tentang produk tersebut, tujuannya
edukasi ke konsumen dan memberikan alternatif produk asli. Kakak saya bilang niatkan
jualan kita untuk menolong. Saya fokus ke marketing online dan kakak offline. Beliau
buka counter di beberapa swalayan.
Alhamdulillah
bisnisnya bagus. Dilihat dari statistik konsumen, rerata mereka tertarik beli
karena membaca artikel saya di blog. Memang salah satu teknik SEO jualan di
website bisa pakai keywords yang dituangkan dalam bentuk artikel. Jika
produk/jasa itu butuh edukasi ke konsumen. Geografi pembeli sangat beragam,
mayoritas konsumen saya bukan orang DIY, bahkan ada konsumen dari Malaysia. Saya
juga punya beberapa reseler dari situ.
Sukses
marketing melalui blog saya kembangkan ke sosial media, fanpage facebook dan
twitter yang saat itu saya pakai. Penjualan meningkat. Konten di sosmed juga
sama tetap saya utamakan edukasi. Karena itu tadi hobi aslinya adalah nulis. Margin
dari marketing online saat itu sekitar 5-6 juta / bulan. Padahal hanya nyambi karena
saat itu saya juga bekerja full time, bahkan weekday saya masuk kerja. Artinya
kalau fokus sangat mungkin margin akan lebih besar.
Sayangnya saat
lanjut kuliah S2 dan ngerasa berat dengan tesis dan tuntutan lulus tepat waktu,
bisnis onlienya saya serahkan sama kakak. Kakak saya saat itu juga lagi kuliah
S2 aktivitas lainnya juga banyak, jadilah dia juga nggak fokus. Pelanggan mulai
terabaikan dan akhirnya menghilang satu per satu. Duh sayang sebenarnya yah.
Tapi yah hidup penuh pilihan. Karena orientasi bisnis saya juga bukan profit
oriented, hanya menyalurkan hobi jadi saya tidak terlalu sedih. Saya bisa
memulai lagi kapanpun saya mau.
Lulus S2
saya hidupkan lagi bisnisnya, namun ternyata tak mudah untuk ngembalikan lagi kepercayaan
konsumen. Apalagi persaingan produk semakin ketat. Saya beralih ke produk lain.
Jualan fashion online saat itu lagi booming. Saya nyari yang unik namun bisa
dijual cepat, pilihan produk jatuh ke kaos kaki. Pengennya sih yang ada
hubungan dengan agribisnis, tapi belum nemu produk yang quick sold dan potensi
pasar bagus.
Kenapa kaos
kaki? Saya sering perhatikan perilaku teman-teman di kos, cewek itu butuh stok kaos kaki banyak,
apalagi kalau musim hujan. Pengalaman pribadi juga begitu. Tiap hari ganti kaos
kaki, jadi minimal kudu punya 7 pasang, kalau musim hujan stok kudu ditambah. Keunikan
kaos kaki ini varian warnanya banyak, ada 16 pilihan warna, harga terjangkau,
bahan cukup bagus, dan harga pokok sangat murah karena beli langsung dari
pabrik. Kami packing dan diberi brand sendiri. Modal kami saat itu 2 juta,
patungan saya dan teman @1 juta. Segmen konsumen target anak-anak sekolah dan
mahasiswa.
Hasil
penjualannya alhamdulillah bagus, di bulan pertama kami sudah BEP dan sudah
profit. Mulai punya reseler juga. Teman saya fokus ke pasar offline saya ke
online. Channel online kami di blog, sosmed, dan marketplace. Nah ini pertama
kalinya saya gunakan marketplace. Toped dan BL yang saya pakai. Bukalapak yang
penjualannya paling banget. Kami promosi lewat pameran juga. Dari pameran kami
dapat pelanggan tetap dimana kami diminta jadi supplier di toko mereka.
Sayangnya, lagi-lagi
hidup penuh pilihan. Baru sekitar 4-5 bulan bisnis ini berjalan, saya dapat
tawaran mengajar di Bandung. Tawaran yang saat itu sulit ditolak karena profesi
itu yang jadi tujuan karir saya, buat ngejar S3 juga. Tapi ini artinya saya kudu
move dari Yogya ke Bandung. Masa transisi ini cukup membuat kacau terlebih
karena purchasing, keuangan, dan marketing online lebih banyak saya yang
handle. Teman saya juga tak sanggup menghandle karena juga punya pekerjaan
tetap full time. Akhirnya kami putuskan hanya jadi supplier untuk toko yang
sudah jadi pelanggan tetap.
Dan sekarang
setelah setahun lebih di Bandung saya rindu bisnis lagi. InsyaAllah sedang mencoba
memulai lagi. Tetap hanya sebagai sambilan. Dan ini butuh effort lumayan untuk
ngatur waktu dan manajemen prioritas. Tapi saya punya plan, suatu saat saya
akan resign dari profesi sebagai dosen, fokus ke peran saya sebagai dosen bukan
ke profesi, sembari fokus menjadi istri dan ibu yang inspiratif sambil mengelola
usaha sendiri.
Untuk
berperan sebagai dosen saya kira tak harus berprofesi dosen. Saya bisa tetap melakukan
pengajaran, penelitian, dan pengabdian masyarakat tanpa harus terikat dalam
profesi di Univ tertentu, selain Universitas Kehidupan. Saat ini mengelola
investasi unit bisnis prodi juga namun tetep itu beda yah karena bukan bisnis
punya sendiri. Pengalaman di unit bisnis ini InsyaAllah akan menjadi
pembelajaran untuk saya dapat mengcreate bisnis yang high impact untuk petani
dan punya perusahaan milik sendiri. Dari hobi ini, penelitian saya juga lebih
banyak di bidang marketing. Nah loh hobi dapat dikembangkan ke banyak hal kan. Bisa
ke bisnis, penelitian, atau yang lainnya. So selamat mengembangkan hobi kamu
jadi sesuatu yang lebih bermanfaat.
Bandung, 16
Desember 2017
-THW-
source of image : http://www.berdesa.com
0 komentar:
Post a Comment