(2) Move quickly and quietly, bergerak cepat
dan tenang sehingga tidak terendus pesaing. Awal tahun 2000an, Lion Air merupakan
pemain flanker yang hebat. Ia memulai dengan strategi low tarif yang
diluncurkan saat membuka rute Jakarta-Medan tahun 2001. Strategi murah ini
diiringi dengan efisiensi penerbangan berupa layanan no frills (tanpa makanan). Dengan slogan “We Make People Fly” Lion mampu menarik orang untuk terbang dengan
ongkos yang murah, strategi yang nyaris tak terpikirkan oleh maskapi lain kala
itu dan menjadi value proposition
baru bagi industrinya. (3) flexibility,
Kino misalnya merupakan brand yang fleksibel dan sangat opportunity driven. Ini terlihat dari bagaimana ia mengambil peluang menciptakan
produk baru, melompat dari satu kategori produk ke kategori produk lain sesuai
dengan kebutuhan pasar. Dari inovasi menciptakan permen lunak rasa kopi (permen
Kino), ke pembersil Ovale yang inovatif, vitamin rambut (Ellips), isotonik
(Kino Sweat), dan masuk lagi ke obat K-100, dst.
D’cost juga meruapakan
salah satu contoh flinker yang hebat dengan menciptakan blue ocean market, membidik
pasar yang sepi pemain menjadi value proposition-nya. Melalui tagline “kualitas
bintang lima, harga kaki lima”, D’cost menyajikan seafood berkualitas dengan
harga miring. Contoh harga teh tawar Rp100 dan bisa isi ulang, nasi Rp1000 dan
bebas nambah semaunya. Pertanyaannya bagaimana D’Cost menghasilkan harga super
murah? Kuncinya skala ekonomi. Jika permintaan besar maka bahan baku yang
dibeli besar sehingga harga satuan bahan baku lebih murah. Jadi kuncinya adalah
volume. D’Cost teknologi informasi seefektif mungkin untuk memangkas biaya-biaya.
D’Cost juga melakukan promosi yang unik, seperti “diskon umur”, yakni diskon
sesuai umur yang tertera di KTP, jika umur 30 maka diskon 30%, dst. Diskon
“hamil baru bayar”, mereka memberikan kesempatan kepada pasangan yang menikah
untuk merayakan di D’Cost gratis termasuk dekorasi pelaminan dan bayar
dilakukan jika sudah hamil (jika tidak hamil maka gratis). Dan banyak lagi
bentuk promosi uniknya.
4) focused on
uncontested area, membidik segmen pasar pinggiran. Buccheri, salah satu brand
sepatu lokal menerapkan strategi ini untuk branding produknya. Pemain fashion
raksasa umumnye menyasar mal dan pusat perbelanjaan. Awalnya Buccheri juga
demikian, namun ia kalah bersaing dengan brand yang sudah populer. Buccheri
memutuskan untuk menarik diri dari keramaian dan menggunakan showroom
independen di berbagai kota kabupaten. Keuntungannya, showroom lebih murah
daripada sewa di mall dan ekspansi di kota/kabupaten merupakan langkah yang
tepat mengingat adanya otonomi daerah dan pusaran ekonomi semakin bergeser ke
kota/kabupaten
5) Flanking Through
Innovation, menghindari persaingan dengan menciptakan value proposition yang
tidak dipikirkan pemain dominan. Kino, menciptakan produk face cleansing cream
dan face toner dalam satu formula. Umumnya milk cleanser dan toner dibuat
terpisah. Ide ini orisinil karena belum pernah dilakukan oleh brand kosmetik
lain. Konsep inovatif ini langsung diterima pasar karena lebih nyaman, praktis,
dan hemat. Dengan solusi inovatif tersebut, tahun 1999 Ovale langsung mencuri
12% pangsa pasar yang sebelumnya dikuasai pemain raksasa dan ditahun kedua
produk diluncurkan tumbuh menjadi 16,5%.
Terdapat beberapa
strategi flanking lain yang dapat dipelajari dari buku ini. Strategi ini sangat
cocok untuk brand lokal yang belum terkenal untuk meningkatkan pangsa pasarnya.
Ketika strategi flanking ini berhasil, maka mereka harus mampu meningkatkan
sumber daya ke tingkat kemampuan global
best practice dengan pemupukan modal, meningkatkan kualitas SDM, membangun
keunggulan manajemen, dan memperkokoh penguasaan teknologi.
Judul Buku : BEAT THE GIANT Strategi Merek Indonesia
Menandingi Merek Global dan Menjadi Tuan Rumah di Negeri Sendiri
Penulis : Yuswohady, Dyah Hasto Palupi, dan
Teguh Pambudi
Penerbit : Kompas Gramedia
Tahun : 2013
Halaman : 545
Bandung, 6 Juli 2017
-THW-
source of image : http://forwardcontinuanceinternational.com
source of image : http://forwardcontinuanceinternational.com
0 komentar:
Post a Comment