Home » , , , , » The Road Map for Success

The Road Map for Success

Saya tergelitik dengan salah satu tugas essai sebagai syarat beasiswa LPDP, disana ada syarat tema essai tentang “Sukses Terbesar dalam Hidupku.” Beberapa kali saya diminta pelamar beasiswa LPDP yang mengenal saya lewat blog ini untuk mengoreksi essai atau studi plannya, dan pada essai “Sukses Terbesar dalam Hidupku” always mereka (para candidat) bilang bahwa makna sukses bagi setiap orang berbeda. Well bisa jadi benar karena setiap manusia diciptakan dengan keunikan masing-masing termasuk dalam cara pandang terhadap sesuatu, so agak sulit untuk didefinisikan arti sukses secara umum. Ada orang merasa sukses jika sudah kaya, punya jabatan, kekuasaan, punya prestasi, atau hal lain yang membuat seseorang menjadi merasa istimewa.

Saya tertarik dengan cara pandang John C. Maxwell tentang kesuksesan. Kata Maxwell adalah keliru jika menyamakan kesuksesan dengan pencapaian tertentu yang sifatnya hanya duniawi seperti kekayaan, prestasi, kekuasaan/jabatan, atau kepemilikan terhadap sesuatu. Benar bahwa gambaran sukses itu berbeda setiap orang, namun prosesnya selalu sama. Proses ini didasarkan pada prinsip yang tidak boleh diubah alias kudu dipegang teguh oleh setiap orang. Dua prinsip tersebut yaitu gambaran yang benar tentang kesuksesan dan prinsip yang benar untuk mencapainya.

Kata Maxwell, definisi kesuksesan adalah mengetahui tujuan hidup, kemudian tumbuh untuk meraih potensi tertinggi, dan menabur benih kebermanfaatan untuk orang lain. Simpelnya bahwa sukses menurut Maxwell bukanlah hasil akhir tetapi proses perjalanan untuk mencapai akhir (tujuan) hidup. Dengan memaknai kesuksesan sebagai sebuah proses maka kita tak perlu berjuang mati-matian untuk mencapai tujuan akhir yang sulit dicapai. Sehingga tak ada istilah gagal move on atau galau karena tak dapat mencapai sesuatu yang diinginkan. Just do the best. Kalau kita fokus pada proses maka kita akan termotivasi untuk menjadi sukses setiap hari dengan melakukan yang terbaik setiap hari.

Maxwell isn’t a moslem, but he is a religious man I think. Definisi sukses yang dijelaskan Maxwell sejatinya merupakan akhlak yang harus dimiliki seorang muslim. Allah menciptakan manusia ada tujuannya. Apa yang menjadi tujuan Allah menciptakan manusia, itulah yang menjadi tujuan hidup kita. The first success definition, know the purpose. Dijelaskan dalam Al-Qur’an bahwa tujuan penciptaan manusia adalah untuk beribadah kepada Allah (Adz-Dzariyat: 56) dan menjadi khalifah di bumi (Al-Baqarah: 30).

Beribadah luas maknanya dan itu berkorelasi dengan makna khalifah. Ibadah tidak hanya sekedar ritual shalat, zakat, puasa, naik haji. Bagi seorang muslim segala perbuatan adalah ibadah. Makan, minum, tidur, sekolah, kuliah, bekerja apapun jenis pekerjaannya, menolong orang lain semua adalah ibadah. Percaya deh jika kita niatkan segala sesuatunya untuk ibadah kepada Allah semua akan terasa ringan (meskipun sejatinya berat) karena kita tahu bahwa Allah tidak akan membebani seseorang diluar kemampuannya. Kita akan bersungguh-sungguh melakukan yang terbaik dalam prosesnya sebab Allah hanya menilai amal manusia karena niat dan prosesnya, bukan menilai hasil. Apapun peran kita, dimanapun, jika niat dan prosesnya benar InsyaAllah kita akan menuai kesuksesan disana.

Kedua, tentang mengoptimalkan potensi. Potensi ini terutama diarahkan untuk mencapai tujuan jangka pendek atau dengan kata lain tujuan yang sifatnya duniawi seperti studi, karir, atau yang lainnya. Menurut Maxwell, ada empat prinsip yang akan membantu kita untuk memaksimalkan potensi, yaitu fokus pada satu tujuan utama, fokus untuk mengembangkan diri, lupakan masa lalu, dan fokus pada masa depan. Fokus pada satu tujuan utama bukan berarti kita tak harus punya mimpi yang lain. Sah saja selama kita bisa membagi peran. Relakan untuk melepas hal-hal yang mengganggu proses mencapai tujuan kita. Kembangkan potensi untuk meraih tujuan utama tadi. Tak ada sukses tanpa pengorbanan tentunya. Kalau dalam teori ekonomi, high risk high return, semakin tinggi pengorbanannya semakin tinggi peluang untuk meraih kesuksesan. 

Kita mungkin tak asing dengan Henry Ford, sang pelopor industri otomotif yang salah satu cabang perusahaannya di Indonesia beberapa waktu ditutup. Ia bilang bahwa “rahasia kehidupan yang sukses adalah menemukan peran yang sesuai takdir untuk dijalani.” Ford sangat suka dengan dunia mesin, ia belajar mesin uap, jam, dan mesin pembakaran secara otodidak. Ia tak segan bepergian ke pinggiran kota menawarkan jasa reparasi gratis hanya untuk mengasah potensinya mengutak atik mesin. Ia menjadi montir dan tukang jam, bahkan bekerja sebagai insinyur di Detroit Edison Company sampai malam hari. Ford kemudian mencurahkan minatnya pada mobil, tahun 1896 ia merakit mobil pertamanya di belakang rumah. Ia terus mengembangkannya sampai kemudian tumbuh impian untuk menciptakan mobil murah yang dapat diproduksi masal dan dinikmati banyak orang. Saat itu hanya orang kaya yang sanggup membeli mobil karena harganya sangat mahal. Saat ia bekerja di Detroit Company tahun 1899, Ford menawarkan ide mobil murahnya, namun ditolak. Iapun meninggalkan perusahaan dengan tetap memegang teguh impian mobil murahnya. Tahun 1903 ia mendirikan Ford Motor Company dan mulai berproduksi. Tahun pertama perusahaannya hanya mampu memproduksi 6000 mobil. Delapan tahun kemudian perusahaannya mampu memproduksi 500 ribu mobil dan memangkas harga jual mereka dari $850 menjadi $360. Inilah sekelumit contoh dari Ford bagaimana ia fokus pada satu tujuan untuk menciptakan mobil murah, mengembangkan potensi otomotifnya dengan terus mengasah skillnya, dan tentu inovasinya memberikan manfaat bagi orang lain.

Ketika kita sudah tahu tujuan hidup dan tahu cara meraih potensi diri maka kita sudah berada di jalur yang benar untuk sukses. Hal penting yang ketiga dari proses kita adalah menabur manfaat untuk orang lain. Hampa rasanya jika kita hanya sukses untuk diri sendiri. Seperti Allah jelaskan dalam Al-Baqoroh: 30 di atas bahwa tujuan manusia diciptakan adalah sebagai khalifah. Jika ibadah menyangkut hubungan vertikal kita dengan Allah, maka menjadi khalifah menyangkut hubungan horizontal kita dengan sesama manusia dan lingkungan. Menebar kebaikan sama seperti menabur benih, jika kita menyemainya insya Allah kita akan memanen kebaikan tersebut. Efek domino, setiap kebaikan insyaAllah akan dibalas dengan kebaikan yang lain. Sama halnya dengan menyemai kejahatan juga dapat menimbulkan efek domino kejahatan yang lain.   

So, mulai sekarang kesuksesan harus kita maknai secara utuh. Jika manfaatnya hanya dirasakan sendiri, belum sukses namanya. Sudah bergelar doktor, tapi sombong dan egois, belum sukses namanya. Sudah dapat pekerjaan namun masih sibuk dengan ego sendiri, money oriented, belum sukses namanya. Sudah berkuasa tapi masih sibuk untuk meraih kepentingan pribadi, juga belum sukses namanya. Jikalau masih demikian, anda masih gagal dalam menentukan tujuan hidup. Kesuksesan pada akhirnya bermuara tentang apa yang sudah kita lakukan untuk orang lain dengan cara dan prinsip yang benar. Dan itu hanya bisa dicapai oleh orang-orang yang mampu menentukan tujuan hidupnya dengan benar.

Yogyakarta, 17 Februari 2016
#renungansore
#Allahughayatuna

#fastabiqulkhoirot


1 komentar:

  1. assalamualaikum, halo mba terimkasih ya, tulisan-tuisannya sangat inspiratif.. boleh kah saya minta contoh esay, study plannya, serta dokumen2 kelengkapan lainnya yang relevan, sebagai referensi untuk mendaftar studi di luar negeri dan apply beasiswa LPDP. ke email : maria.magdalena.np@hotmail.com

    ReplyDelete

Popular Posts

 
Support : facebook | twitter | a-DHA White Series
Copyright © 2013. Moving Forward - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger