“Barangsiapa yang melakukan shalat berjama’ah di waktu isya, maka ia seolah melakukan shalat separuh malam. Barangsiapa yang sholat shubuh dengan berja’maah maka ia seperti shalat satu malam penuh.” (HR. Muslim)
Peringatan itu benar-benar terjadi. Yakni tentang generasi belakangan yang buruk dan menyia-nyiakan shalat. Padahal dahulu para Nabi dan Rasul telah mengajarkan kepada keluarga mereka, umat mereka, betapa mereka harus mendirikan shalat. Ya.. generasi yang buruk itu saat ini berhamparan di muka bumi.
Generasi yang menyia-nyiakan shalat. Bila mereka meninggalkan shalat dan tidak mengerjakannya dengan keyakinan bahwa shalat itu tidak wajib, maka mereka telah kufur. Bila meninggalkannya karena malas, mereka adalah orang-orang fasik. Dan ada lagi orang yang menyia-nyiakan shalat (melambat-lambatkan) dalam bentuk mengulur waktu shalat. Inilah seburuk-buruknya generasi. Diantara shalat lima waktu, sholat shubuh memiliki keistimewaan sendiri. Shalat shubuh dilakukan diawal perlawanan harian kita melawan rasa kantuk dan malas. Sedangkan shalat-shalat yang lain secara umum dilakukan disaat kita terjaga.
Seorang pemimpin Yahudi konon pernah menyatakan bahwa mereka tidak takut dengan umat Islam, kecuali pada satu hal yaitu bila jama’ah shalat shubuh mencapai jama’ah shalat Jum’at. Ya..tanpa shalat shubuh umat Islam tidak lagi memiliki wibawa. Tidak selayaknya kita mengharapkan kemenangan, kehormatan, kemuliaan, dan sebagainya bila kita lalai mengerjakan shalat shubuh.
Entahlah. Biarlah hati kita masing-masing bicara tatkala membaca wasiat langsung pelaku bom syahid termuda di Palestina, Muhammad Fathy Farahat (17 tahun). Inilah wasiatnya: “Saudaraku umat Islam, ketahuilah bahwa shalat shubuh berjama’ah adalah rahim yang melahirkan para pejuang dan pahlawan. Ia adalah tempat peraduan orang-orang ikhlas. Melaksanakan shalat shubuh berjama’ah adalah ciri-ciri para mujahidin, indikasi kemenangan, dan sifat orang-orang shalih. Sungguh amat banyak kebaikan yang tak ternilai di waktu itu.” Wasiat itu ditulis oleh Farahat pada hari Jum’at 1 Maret 2002, 1 hari sebelum ia melakukan serangan yang mengantarkannya pada syahid yang ia dambakan. Subhanallah.
Shalat shubuh berjama’ah. Demikian penting dan hebatkah pengaruhnya? Begitu muliakah waktu tersebut sehingga ia menjadi salah satu diantara rahasia para pejuang Palestina yang tak pernah takut menghadapi tentara dan tank-tank Israel? Tak pernah gentar dengan serangan rudal. Bahkan tak pernah gemetar meskipun melakukan aksi bom meraih syahid. Subhanallah...
Bagaimana dengan kita? Bayangkan jika kita adalah seorang mahasiswa yang selalu terlambat masuk kelas. Kita adalah satu-satunya mahasiswa yang sering terlambat. Sedangkan saat itu teman-teman kita sudah duduk rapi di kelas, dosen kita sudah berada di depan dan siap memberikan materi kuliah. Bagaimana pandangan teman-teman dan dosen kita terhadap kita? Lalu apa yang berkecamuk dalam hati kita? Malu? Bingung? Menyesal? Atau cuek saja? Dan bagaimana jika “terlambat kita” tidak hanya sekali, dua kali, tapi berulangkali? Bayangkan lagi, apa hukuman yang akan diberikan dosen atau mungkin fakultas terhadap mahasiswa yang sering terlambat terus menerus.
Bandingkan keadaan tersebut dengan shalat shubuh kita atau shalat-shalat yang lain. Jika kita berada diantara orang-orang yang disiplin dengan shalat shubuh berjama’ah. Sementara kita selalu tertinggal untuk shalat berjama’ah. Mungkin kita sudah berusaha menyiapkan alarm yang akan membangunkan kita setiap pagi. Tapi barangkali tak sedikit diantara kita yang hanya mematikan dering alarm kemudian kita tidur kembali. Atau mungkin setiap pagi orang tua kita, kakak kita, teman kita selalu membangunkan untuk shalat shubuh berjama’ah. Namun lagi-lagi kita hanya menjawab panggilan dan tertidur kembali. Kita lalu menyesal, tapi...hanya sebatas menyesal ternyata kita mengulanginya kembali di hari esok. Dan begitu seterusnya, sehingga kita selalu ketinggalan jama’ah shalat shubuh.
Alangkah meruginya orang-orang yang sering terlambat shalat shubuh. Dalam satu riwayat, Rasulullah saw menyebutkan “siapa yang melaksanakan shalat shubuh berjama’ah, maka ia akan berada dalam perlindungan Allah. Apabila seseorang dalam perlindungan Allah, pasti Allah tidak akan menuntut apapun dari dirinya. Karena siapa yang dituntut oleh Allah dengan kekuasaan-Nya pasti tercekal. Dan barangsiapa yang tercekal pasti akan dilemparkan ke dalam api neraka.” (HR Muslim Ahmad)
Shalat shubuh adalah kekuatan. Kekuatan yang hanya bisa diperoleh oleh orang-orang yang kuat. Kita menjadi benar-benar kuat bila mengambil sumber kekuatan dari Yang Maha Kuat. Maka shalat shubuh pada dasarnya adalah bagaimana mengambil energi dari langit.
Shalat shubuh adalah perlawanan. Perlawanan yang hanya bisa dimenangkan oleh orang-orang yang kuat. Ketika syetan mengubah telinga-telinga manusia dengan kubangan kencing, orang-orang lemah terlelap kembali. Dan pagi berlalu tanpa sempat mengambil energi kekuatan. Sementara orang-orang kuat bergegas dengan semangatnya melawan tipu daya syetan.
Perlawanan terbesar dalam hidup dimulai dari sini. Dari perlawanan kita terhadap diri sendiri di shubuh yang dingin dan menenggelamkan. Setelah itu, segalanya menjadi ringan. Semakin banyak orang malas sholat shubuh, akan semakin banyak orang-orang lemah. Semakin sedikit orang-orang yang mau shalat shubuh tepat waktu, semakin sedikit pula orang yang kuat.
Maka, bila suatu negeri yang kaya raya terus menerus terpuruk, jatuh dalam kesulitan sesungguhnya kesulitan itu hanyalah gambaran bahwa betapa penduduknya adalah orang-orang yang lemah, orang-orang yang tidak jujur dan orang-orang yang lalai. Negara ditipu, rakyat dikhianati. Apa kaitannya dengan shalat shubuh? Allah berfirman “Sesungguhnya orang-orang munafik menipu Allah dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali.” (An-Nisa: 142). Rasulullah menegaskan, bahwa shalat yang paling berat bagi orang munafik adalah shalat shubuh dan shalat isya.
Sebuah perjuangan harus kita mulai dari sini. Dari shubuh ini. Bila shubuh kita terlambat lagi, kita hanya akan melengkapi deretan generasi belakangan yang jelek dan menyia-nyiakan shalat. Negeri ini dan Islam hanya akan bangkit di tangan orang-orang yang kuat, yang punya energi shubuh. Dengarlah ungkapan Ibnu Mas’ud: “Selagi engkau berada dalam shalat, berarti engkau sedang mengetuk pintu Allah. Dan, siapa yang mengetuk pintu Allah, maka pintu itu akan dibukakan untuknya.”
simber gambar: http://www.muslim-cerdas.com/wp-content/themes/sahifa/timthumb.php?
simber gambar: http://www.muslim-cerdas.com/wp-content/themes/sahifa/timthumb.php?
Terima kasih sudah mengingatkan :)
ReplyDelete