Home » , » Pendidikan Karakter Para Sahabat

Pendidikan Karakter Para Sahabat



Sebuah kajian tematik yang cukup menarik yang saya ikuti saat tatsqif di masjid Nurul Asri beberapa hari lalu tentang pendidikan karakter. Setiap orang berpendidikan pastinya pernah mendengar istilah pendidikan karakter yang saat ini lagi booming di Indonesia. Namun sejauh mana aplikasi dan hasilnya, sayapun belum belum melihat signifikasi pendidikan karakter yang diserukan pemerintah ini. Buktinya tindak pelanggaran yang dilakukan kaum terdidik ini masih sangat banyak. Contoh sederhana dalam satuan pendidikan, masih ada guru yang rela memberikan bocoran soal dan atau jawaban saat ujian nasional. Atau murid yang satu diperbolehkan melihat jawaban murid lainnya saat ujian nasional. Tingkat korupsi justeru tinggi dilakukan oleh kaum terdidik yang mungkin juga mereka ikut menyerukan pendidikan karakter. Semua ini mencerminkan belum adanya efek pendidikan karakter di Indonesia. Jika dikalangan terdidik saja masih seperti ini lalu bagaimana dikalangan yang tidak terdidik? Adakah yang salah dengan pendidikan karakter? Terlalu rumit jika saya harus menjelaskan apa faktor kegagalan pendidikan karakter ini. Mengapa? Karena integrasinya banyak ^__^. Karakter ini menyangkut integrasi norma agama, sosial, budaya, ideologi, dan bahkan lingkungan saat berpengaruh terhadap pembentukan karakter seseorang. Jadi kalo hanya sekedar digembar-gemborkan dalam tataran teori, tanpa praktek apalagi tanpa keteladanan dari yang menyerukan maka sangat mustahil pendidikan karakter ini akan terealisasi di Indonesia.
Coba kita tengok sejarah pendidikan karakter di negara barat. Ini hanya sekelumit dari cerita kelam seorang penggagas pendidikan karakter yang saya baca di hidayatullah.com. Adalah Lawrence Kohlberg, seorang Professor dalam bidang Psikologi Sosial di Universitas Chicago yang dikenal sebagai bapak pendidikan karakter di zamannya. Ia terlahir sebagai seorang Yahudi di Bronxville, New York tahun 1927. Teori moralnya banyak dipakai oleh mahasiswa di Universitasnya. Kisah kelamnya dimulai saat ini terkena penyakit ganas yang disebabkan oleh infeksi parasit Giardia Lamblia. Parasit ini dikenal sebagai sebagai salah satu parasit paling ganas yang menyerang 200 juta penduduk bumi di seluruh dunia. Karena infeksi ini, Kohlberg harus menerima kondisi kesehatan yang terus menurun, rasa sakit yang tak tertahankan, ketidakberdayaan, bahkan akhirnya ia mengalami defresi karena penyakitnya yang tak kunjung sembuh selama 16 tahun. Ia sakit bukan hanya fisik namun juga mental. Hal ini mendorong dia untuk mengakhiri hidupnya dengan cara menenggelamkan diri bersama virus di tubuhnya di Samudera Atlantik pada tahun 1987. Sangat tragis bukan. Seorang penggagas pendidikan karakter yang justeru tidan berkarakter. Entah kemana menguapnya teori-teori karakter yang sudah ia gembar-gemborkan bahkan sampai mendunia. Bahkan anehnya beberapa kalangan di Amerika masih saja memperingati kematian Kohlberg karena dinilai melakukan tindakan yang tepat untuk mengakhiri hidupnya daripada menahan sakit fisik dan defresi. Aneh bukan.............
Sengaja saya sajikan kisah ini untuk bahan pelajaran bahwa pendidikan karakter bukan hanya sekedar teori. Ia butuh kesungguhan dalam setiap tahapan implementasinya. Bagi kita yang muslim, ajaran Islam sangat sempurna tentang pendidikan karakter ini. Pendidikan karakter dalam Islam bukan hanya teori tapi praktek, dan ini sudah banyak dicontohkan oleh para pendahulu kita. Rasulullah sebagai suri tauladan utama memiliki karakter agung yang bahkan musuh-musuh Islam saat itu mengakuinya. Setelah Rasulullah masih bermunculan generasi para sahabat, para tabi’ut tabi’in, dan sampai saat ini masih banyak umat muslim yang memiliki karakter agung sehingga mereka dikenal sebagai orang-orang sholih yang membuat agama Islam ini tetap tegak sampai akhir zaman nanti.
Coba kita tengok sejarah pendidikan karakter para sahabat Rasulullah yang mulia ini, seperti khalifah Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali. Apa rahasia kekuatan karakter agung mereka? Apakah karena saat itu ada Rasulullah sebagai seseorang yang penuh kharisma dan disegani? Sangat mungkin iya. Tapi apakah faktornya hanya itu? Saya yakin tidak. Karena setelah Rasulullah wafat-pun masih banyak sahabat lain yang memiliki karakter agung, seperti Salahudin Al Ayubi, Al-Fatih, Urwah Ibnu Zubair, dll.
Kunci pertama pendidikan karakter para sahabat ini ternyata adalah Al-Qur’an. Mereka mempelajari Al-Qur’an tanpa akulturasi pemikiran-pemikiran sendiri. Setiap hal baru dari Al-Qur’an mereka terima dengan baik, bahkan ketika ajaran baru tersebut bertentangan dengan pemikiran jahiliyah-nya maka pemikiran tersebut seluruhnya akan dihilangkan dan digantikan dengan ajaran baru yang benar. Kunci kedua pengembangan diri para sahabat adalah metodologi belajar. Spirit yang muncul tatkala belajar dari Al-Qur’an adalah aplikasi bukan sekedar inventarisasi. Mereka mengetahui kegunaan ilmu yang mereka pelajari. Mereka menghafal Al-Qur’an, mempelajarinya, dan mengamalkannya. Bahkan dalam siroh dijelaskan bahwa para sahabat tidak akan mempelajari ayat yang baru sebelum kandungan ayat-ayat Al-Qur;an tersebut dapat mereka implementasikan. Dari kunci kedua ini sangat jelas bahwa kunci kekuatan karakter para sahabat Rasulullah adalah amal bukan teori.
Kunci ketiga adalah motivasi belajar. Motivasi utama para sahabat mempelajari Al-Qur’an dan mengamalkannya adalah karena Allah semata. Niat inilah yang meluruskan sikap mereka dalam belajar sehingga mengenyahkan semua kata “tidak bisa” setiap kali mempelajari hal-hal baru. Tidak ada yang berat untuk dijalani ketika semua niat amal karena Allah. Contoh sederhana bagaimana mereka harus meninggalkan khamr secara perlahan padahal itu minuman yang sangat digemari. Namun karena mereka menyadari segenap jiwa bahwa itu adalah dilarang karena keharamannya, maka orang-orang beriman pun meninggalkan khamr dengan suka cita. Ketika perintah jihad baik dengan harta, jiwa, dan raga diserukan para sahabat pun berbondong bondong memenuhi seruan jihad. Tidak ragu meskipun harus menyerahkan separuh bahkan keseluruhan harta untuk jihad, bahkan saling belomba untuk menjadi pasukan terdepan dalam perang melawan musuh. Sebagian besar para sahabat ini juga adalah pemimpin umat dikala itu yang lebih mementingkan kehidupan rakyat daripada kehidupan sendiri atau keluarganya.
Ini adalah bukti implementasi pendidikan karakter yang sangat baik dalam Islam dan Al-Qur’an adalah rujukan terbaik bagi pengembangan pendidikan karakter di zaman apapun. Al-Qur’an memuat kisah-kisah umat terdahulu yang bisa kita ambil pelajaran darinya. Al-Qur’an memuat ajaran perintah dan larangan yang dapat dijadikan dasar pengembangan karakter manusia. Al-Qur’an juga memuat berita gembira adanya surga dan neraka sehingga setiap orang termotivasi untuk melakukan amalam terbaik untuk memperoleh surga dan menahan diri dari perbuatan tercela untuk mengindari neraka. Al-Qur’an mengatur hubungan manusia dengan Allah, dengan sesama manusia, bahkan dengan lingkungan. Sangat terintegrasi bukan.
Usia kita bukanlah rentetan angka tetapi merupakan rentetan prestasi dan amal. Maka orientasi hidup kita selayaknya adalah kontribusi terbaik untuk umat, menjadikan amal jariyah dengan cara menghasilkan karya-karya produktif dan prestatif. Allah tidak akan menilai kita dari banyaknya harta yang kita miliki namun dari berapa banyak amalan ikhlas yang kita kerjakan. Manusia tidak akan mengenang kita karena banyaknya harta yang kita miliki, namun dari seberapa banyak kita memberikan prestasi dan amal yang dapat dinikmati umat. Dan itu semua dimulai dari kekuatan karakter kita.

Notes: Semoga dimulai dari Ramadhan ini kita dapat berproses menjadi generasi Rabbani dengan Al-Qur’an.
Proses belajar ----Ilmu --- Amal --- Ketaqwaan --- Surga  ^___^

0 komentar:

Post a Comment

Popular Posts

 
Support : facebook | twitter | a-DHA White Series
Copyright © 2013. Moving Forward - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger