Home » » Apakah Kita Merasa Sendiri?

Apakah Kita Merasa Sendiri?


Sedang tidak ada aktivitas. Lebih tepatnya sebenarnya bukan tidak ada aktivitas, namun saya sengaja meluangkan waktu untuk lebih santai dan tidak berfikir berat khusus untuk malam ini karena menyiapkan energi untuk agenda esok hari yang kemungkinan baru akan selesai tepat pukul 24.00 WIB. Hff.... enaknya ngapain ya? Mengevaluasi diri sepertinya lebih tepat nih mumpung rileks ^__^.

Pernahkah kita mengamati siklus perjalanan hidup yang sudah kita jalani selama usia kita saat ini? Tidak terasa usia saya sudah memasuki angka 2.. (ha tak usah disebutkanlah ya). Kadang merasa masih muda karena performance saya memang imut (hehe....ngaku-ngaku). Coba saja kalau main ke kampus pasti ditanya "mba mahasiswa baru yah?" hehe..iya mahasiswa baru lulus setahun yang lalu. Awal kejadian saya terbentuk di dalam rahim pastilah hanya terbentuk 1 zigot yang kemudian berkembang menjadi embrio, lalu janin, dan jadilah bayi kecil yang diberi nama tri hanifa itu lahir ke dunia. Saat di dalam rahim saya sendirian karena saya memang tidak punya saudara kembar. Kemudian menjadi kanak-kanak saya selalu dibersamai orang tua. Bahkan bisa dikatakan tidak pernah jauh dari orang tua sampai akhirnya tuntutan kuliah di luar kota kelahiran yang membuat saya jauh dari orang tua.

Sampai detik itu, kehidupan saya kembali sendiri. Saya dituntut mandiri dalam memenuhi segala kebutuhan hidup saya di perantauan. Meskipun ada kakak tapi saya ingin belajar mandiri dan memutuskan untuk tinggal terpisah dari kakak. Episode kesendirian sayapun dimulai saat itu. Waktu berlalu, sayapun mendapatkan sahabat-sahabat dan teman-teman yang luar biasa. Diantara sekian teman itu, ada beberapa yang sangat spesial bagi saya. Dialah sahabat saya. Beberapa sahabat ini ada di saat saya suka maupun duka. Ada di saat saya butuh ide dan disaat saya lemah bertempur di belantara kampus. Kami memiliki nasib yang sama, datang dari luar daerah Yogyakarta dan sama-sama sedang mencari jati diri. Dan kamipun dipertemukan dalam naungan yang sama. Teman saya mengatakan kami tersesat di jalan yang benar-tarbiyah.

Waktu kembali berlalu karena waktu memang terus berputar. Satu per satu sahabat-sahabat terbaik ini menyelesaikan kuliahnya dan sampai akhirnya harus kembali ke kampung halaman masing-masing. Akhir 2009, saya kembali sendiri melanjutkan perjuangan hidup yang ganas dan penuh persaingan. Dari sekian sahabat itu hanya saya yang memutuskan untuk tetap stay di Yogya. Why? Karena saya masih punya idealisme untuk mewujudkan mimpi di sini. Akhir 2010, saya kembali mendapatkan sahabat baru. Seseorang yang luar biasa dimata saya. Namun saya yakin inipun akan segera berakhir bersamaan dengan berakhirnya masa beasiswa dan kuliah dia di kampus. Hanya 2 tahun, dan Agustus tahun depan dia harus kembali bertugas di kampus tempatnya mengajar. Nun jauh dari yogya. Dan saya sudah siap untuk sendiri lagi. Karena itulah siklus hidup. 

Itulah siklus hidup. Kita lahir ke bumi sendiri dan kitapun akan pergi dari bumi sendiri. Kitapun akan sendiri berada dikehidupan 'masa tunggu' sebelum Allah memutuskan surga atau neraka. Laporan pertanggungjawaban yang kita berikan kepada Sang Mahapencipta kita-pun kita lakukan sendiri. Setiap orang punya tanggungjawab masing-masing akan dirinya. Maka kitapun berjuang sendiri untuk untuk melakukan yang terbaik dalam hidup kita. Saya selalu terkesan dengan sahabat-sahabat yang sudah meninggalkan saya karena mereka memang baik selama berinteraksi dengan saya. Maka seperti itulah hidup. Ketika kita tiada, siapkanlah kesan terbaik bagi dunia yang kita tinggalkan. Siapkan kesan terbaik terutama untuk orang-orang di sekitar kita. 

Saya jadi teringat pesan singkat dari "bos" saya di kelompok dugem (duduk gembira melingkar hehe...) bahwasannya seorang pemimpin sejati itu selalu merasakan kesendirian ditengah gegap gempitanya dunia, dan dia hanya menggantungkan resah gelisahnya kepada Sang Pemilik-Allah.  

Pernahkan anda merasa sendiri? Jika pernah maka saya yakin anda adalah manusia normal, namun jika sebaliknya maka saya rekomendasikan anda untuk segera menemui psikolog ^__^. Bagi kita sebagai seorang muslim, sesungguhnya kita tidak pernah sendiri. Dalam kesendirian kita ada Allah yang selalu melihat dan mendengar segala aktivitas kita. Allah itu lebih dekat dibandingkan dengan urat leher kita. Dia tahu segala tentang kita bahkan yang ada dalam hati-pun Dia tahu. 

Inilah jawaban mengapa seorang mukmin itu selalu khusyuk menyendiri di setiap sepertiga malam terakhir. Karena saat itu dia bebas berbincang-bincang dengan Sang Maha Pemilik, Sang Maha Pemberi, Sang Maha Pencipta. Maka jika kita gundah karena segudang masalah, tidak perlu jauh-jauh mencari solusi. Cukup dengan bangun di sepertiga malam terakhir dan curahkan segala hal yang membuat kita gundah kepada Allah. Mintalah solusi atas setiap masalah kita kepada Allah. Mintalah semua keinginan, cita-cita, dan harapan kita kepada Allah. "Dan berdo'alah kepada-Ku niscaya akan Ku-perkenankan." Begitulah janji Allah di dalam Al-Qur'an. 

Hidup itu memang harus kita perjuangkan sendiri. Dan percayalah bahwa perjuangan itu butuh kekuatan. Dan kekuatan itu hanya bisa kita peroleh dari Yang Maha Kuat-Allah. Maka jangan gundah jika suatu saat kita merasa sendiri, karena sesungguhnya ada Allah dimanapun kita berada. 

(night, in my bed room ---self evaluation cause feeling alone---don't be sad, Allah is always with you)

0 komentar:

Post a Comment

Popular Posts

 
Support : facebook | twitter | a-DHA White Series
Copyright © 2013. Moving Forward - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger