Seorang teman bertanya apa
rahasia saya untuk tetap tenang menghadapi berbagai permasalahan hidup? Beliau
tahu saya pernah mengalami beberapa kejadian buruk yang menurutnya beliau takan
mampu bertahan jikalau dalam posisi saya. Ringan saya jawab bahwa seringkali
apa yang nampak di luar pada diri seseorang belum tentu menggambarkan apa yang
nampak di dalam dirinya. It means bisa jadi seseorang nampak strong di luar
namun dalam hatinya diselimuti haru biru, hanya saja dia tahu bagaimana
menyikapinya. Dia tahu kepada siapa harus mengadukan kesedihannya.
Saya selalu mengatakan bahwa hidup adalah pilihan. Saat masalah mendera, kita punya
pilihan untuk bersikap positif atau negatif terhadap masalah itu. Orang yang
menyikapi negatif akan cenderung membesarkan masalah dan ia akan semakin
terpuruk dalam masalahnya alih alih mencari solusi. Sedang orang yang menyikapi
positif ia akan bersegera mencari solusi, menghadapi dengan lapang dada, dan
tentu saja menemukan hikmah atas apapun yang menimpanya. Bersikap positif,
itu yang saya lakukan. Bersedih sewajarnya. Meskipun pernah juga saking
beratnya beban, tak tahan menahan air mata di ruang publik. Itu membuat saya akhirnya merasa bodoh karena menangisi sesuatu bukan karena Allah :D.
Satu hal yang menjadi pegangan,
saya punya Allah. Allah memberikan kita ujian pasti sepaket dengan solusinya.
Tugas kita adalah menemukan solusi itu. It means sebelum jauh-jauh mencari
solusi, sebelum jauh-jauh curhat sama orang, Allah dulu. Seringkali lelah kita
karena terlalu berharap kepada manusia. Saya pernah mengalami masa itu jadi
saya tahu seperti apa lelahnya. Padahal sudah jelas dalam haditsnya bahkan pun
kita butuh garam atau sendal mintalah dulu sama Allah setelah itu baru ikhtiar
mencari. Allah the first and main priority.
Allah itu baik banget. Kamu
minta apa, pasti akan diberikan. Dan hebatnya Allah hanya akan memberikan kita
yang terbaik. Artinya jika kita minta sesuatu lalu merasa Allah belum ngasih
sebenarnya bukan berarti Allah tidak ngasih namun Allah tahu yang kita minta
itu bukan yang terbaik untuk kita sehingga Allah ganti berikan sesuatu yang
lebih baik atau Allah tangguhkan pemberiannya. Hanya saja seringkali kita tidak
sabar dan meminta dengan terburu-buru.
Suatu hari Ibu saya jatuh dan
ada retak tulang panggul. Butuh biaya yang tak sedikit. Saya tidak mau pakai
BPJS karena lama mengurus ini itu sementara ibu sudah sangat kesakitan. Di RSUD
pelayanan peserta BPJS dan umum dibedakan dan antrian BPJS sangat panjang. Logikanya
tabungan saya tidak cukup, saya mohon sama Allah agar diberikan kesembuhan dan kecukupan
untuk biaya perawatannya. Alhamdulillah iuran saya dan kakak cukup untuk perawatan
pertama. Kata dokter masih harus terapi rutin, alhamdulillah tanpa terapi pun ternyata sembuh lebih cepat. Allah yang menyembuhkan.
Move on dari seseorang untuk
sebagian orang mungkin sulit. Saya tidak pacaran namun pernah berkomitmen
dengan seseorang, jika sudah lulus kuliah dan sama sama bekerja kami akan
menikah. Namun takdir berkata lain. Saya bukan yang terbaik untuknya. No
excuse, no words, only an invitation that said anything. Dunia hancur? Wah itu
lebay banget. Nangis iya, manusiawi. Saya bilang sama Allah “Engkau Maha Kuasa
menghadirkan rasa ini maka Engkau pun Maha Kuasa untuk menghilangkan rasa ini.
Aku kembalikan semua rasa ini kepada-Mu dan gantikan ia dengan yang lebih baik”
Percayalah hanya sehari saya gagal move on, dan itu pun untuk muhasabah diri. Barangkali
ada dosa yang membuat Allah tidak ridho. Besok harinya alhamdulillah saya sudah
bisa memutuskan bahagia lagi dan kembali fokus pada goals saya. Tak ada beban sama sekali, saya ikhlas. Dia bukan
yang terbaik, pada saatnya nanti Allah akan memberikan saya yang terbaik. So
jika kamu belum bisa move on dari sesuatu, cobalah untuk minta sama Allah.
Berkonflik dengan orang lain
itu pun sangat menyita energi. Saya bisa stress berhari-hari jika dimarahi
seseorang. Seringkali bingung apa sebenarnya salah saya, sebab jika boleh
dinilai dengan adil tidak ada pekerjaan yang tidak pernah saya selesaikan. Rasanya
tak sebanding dengan sikap beliau ke saya. Awalnya saya stress berat. Namun
akhirnya saya memilih untuk menghadapi dengan positif thinking. Abaikan dan
fokus pada goals saya. Saya menjadikan ini sebagai tarbiyah kesabaran dari
Allah. Nama beliau tertulis dalam diary saya, semua kebaikannya. Saya keep itu
sebagai cara untuk selalu positif thinking. Saya terus berdo’a agar Allah
melembutkan hati beliau dan agar diberikan ketetapan terbaik untuk semuanya. Alhamdulillah
Allah memberikan solusi yang sangat indah untuk semuanya, happy ending.
Lalu, kisah laptop saya, ini
masya Allah banget. Beberapa bulan terakhir sering banget error dari mulai rusak
LCD, charger, lalu kursor. Padahal pekerjaan saya sangat tergantung kepada
benda ini. Saya sedang memanaje keuangan dengan ketat dan belum menganggarkan beli
laptop baru. Yang terparah saat touch kursornya rusak, meski sudah pakai kursor
eksternal tetap saja error dan sering tiba-tiba heng. Logikanya itu kudu
diservis atau ganti baru. Lalu dipuncak errornya itu saya minta sama Allah agar
laptop saya baik sampai saya mampu membeli yang baru. Dan masya
Allah besok paginya laptop saya normal lagi sampai sekarang. Teman saya tanya
diapain laptopnya kok bisa baik lagi? Saya bilang dido’ain. Dia bilang do’a
saya makbul. Sejatinya bukan do’a saya yang makbul namun Allah yang sebenarnya
baik banget sama kita. Hanya saja kadangkala kita nggak sadar kalau Allah itu
baik banget.
Dan masih banyak lagi
pengalaman lainnya, saya nggak tahu akan menghabiskan berapa ratus halaman jika
saya merinci satu per satu pengalaman saya betapa baiknya Allah ke saya. Jadi
sudah terjawab bukan pertanyaan teman saya itu. Karena selalu ada Allah yang
membuat saya bertahan. Saya kuat karena Allah yang menguatkan saya. Saat saya
sedih, Allah hadir menghibur saya untuk kembali bahagia. Saat saya merasa
berat, Allah berikan saya kekuatan untuk menanggung beban itu. Saat saya merasa
sendiri, Allah hadir untuk menemani. Saat saya bahagia, Allah tetap hadir agar
saya tidak lupa diri.
Sedih itu hanya sementara,
bahagia juga sementara. Sakit sementara, sehat juga sementara. Hidup sementara,
sedang mati selamanya dan itu pasti. Karena semua hanya sementara dan pasti ada
akhir maka semua hal dalam hidup ini mari kita sikapi sewajarnya. Sedih
secukupnya, bahagia lebih banyak dan bersyukur sama Allah harus jauh lebih
banyak lagi. Ini cara kita untuk bahagia. Menjadikan Allah sebagai prioritas
utama adalah kunci solusi setiap masalah hidup, kunci kebahagiaan. Manusia
wajib ikhtiar, namun libatkan Allah dalam setiap ikhtiar kita. Yuk jadikan Allah
dulu. Allah lagi. Allah terus. Allah selamanya.
Kuningan, 18 Mei 2018
"Semoga Ramadhan kita tahun ini
menjadikan kita semakin dekat sama Allah"
-THW-
Image source: https://notsalmon.com/2015/11/20/20-quotes-of-wise-words-to-live-a-happy-life/
0 komentar:
Post a Comment