Tulisan ini wajib dibaca oleh semua calon orang tua, orang tua, dan pendidik!
Tulisan ini saya peroleh dari email yang dikirim seorang teman yang juga dapat dari temannya yang pernah mengikuti seminar seputar pornografi yang dibawakan oleh Bunda Elly Risman, dengan sedikit editing. Pesannya adalah wajib dibaca dan disebarkan, so saya hanya berusaha membantu menyebarkannya karena isinya memang penting diketahui oleh kita semua yang peduli dengan masa depan anak-anak kita kelak. Meskipun saya sendiri belum punya anak hehe...
Pernah dengar bahasa alay? Yah bahasa membingungkan yang entah darimana asal muasalnya, namun saat ini banyak digandrungi anak-anak. Mungkin anda berfikir...alah hanya bahasa alay, kan bisa dibaca meskipun bikin mata dan otak bekerja lebih ekstra untuk tahu maksudnya. Dan saat sesi seminar pertama pembicara menampilkan satu sms bahasa alay yang sering dipake oleh anak-anak saat ini. Tapi tak satupun peserta seminar yang dapat membacanya. Ternyata sms tersebut harus dibaca dengan posisi HP terbalik (bagian atas HP menjadi di bawah) dan apakah bunyi sms tersebut?
“Hai sayang, aku kangen nih. Udah lama kita GA ML, yuk mumpung bonyok lagi pergi, yuk kita ketemuan...”
Peserta seminarpun langsung heboh. Apa sebab? Karena pembicara menjelaskan bahwa sms anak-anak sekarang bukan lagi pake “I love you” atau “I miss you” tapi “sudah lama GA ML” yang berarti Making Love (bersetubuh-red).
Mengapa ini terjadi? Anak-anak hidup di era digital dimana banyak isi media elektronik dan cetak yang bisa diakses, namun sebenarnya mengandung unsur pornografi. Pornografi bisa mendatangi anak-anak kita melalui games, internet, ponsel, TV, DVD, komik, maupun majalah.
Berdasakan penelitian, games pada abad ke-21 menampilkan gambar yang lebih realistis, pemain bisa memilih karakter apa saja yang tidak ada di dunia nyata. Games juga menuntut keterampilan lebih kompleks dan kecekatan tinggi. Ini semua memberikan tingkat kepuasan dan kecanduan yang lebih besar bagi anak-anak. Dan super hati-hati dengan games anak-anak. Faktanya:
1. Ada games action yang berisi permainan tembak-tembakan, namun ternyata jika anak berhasil mencapai level akhir, bonus akhir levelnya adalah ML dengan PSK.
2. Ada games berjenis role playing yang inti permainannya adalah tentang bagaimana “memperkosa paling asyik” dimana anak bisa memilih perempuan model apa yang diinginkan –catatan: si perempuan tidak berbusana- lalu tinggal pilih bagian tubuh mana yang mau dipegang pertama kali. Kursor berbentuk tangan yang digerakkan oleh anak-anak kita.
Astaghfirullahaladzim...
Untuk menghindarinya, pikir baik-baik jika anda ingin membelikan games untuk anak, begitupun ketika anak membeli sendiri atau meminjam games temannya atau ketika anak main games online. Hati-hati jika di depan sekolah anak-anak atau di sekitar lingkungannya ada warnet. Jenis games yang ada sangat murah dan gampang diperoleh. Dan jenisnya sudah diluar perkiraan kita.
Internet. Situs porno bertebaran di dunia maya. Jangan salah, pembuatnya anak-anak juga. Bahkan untuk mendapatkan uang, mereka rela menjual video seks mereka sendiri! Apalagi remaja sekarang sudah pandai, ML gak harus di tempat tidur, di tanggapun bisa (saat seminar pembicara menampilkan gambar ABG berseragam SMP sedang ML di tangga dengan berpakaian lengkap). Mereka juga tidak takut hamil karena bisa aborsi. Naudzubillahimindzalik.
Ponsel. Video-video seks tersebar dengan mudah melalui ponsel. Kapasitas ponsel yang besar memungkinkan si pemilik menyimpan file-file berukuran besar seperti video dan gambar porno. Anak anda bersih? Bisa jadi dia medapat kiriman gambar/video dari temannya! Ibu Elly (pembicara seminar seputar pornografi), pernah didatangi seorang ibu yang syok karena menemukan gambar vagina seseorang di BB-nya. Setelah ditelusuri, itu milik temen sekolah (perempuan) putranya, yang sering meminjam BB beliau!
Televisi. Program TV yang masih pantas ditonton bisa dihitung dengan satu tangan. Lainnya adalah program pembodohan, hantu, kekerasan dan pornografi. Jangan salah, iklan pun bisa menyesatkan. Selain itu, jangan anggap enteng sinteron/film Korea/Jepang! Lama-lama anak bisa ‘tercuci otak’ dan terbiasa dengan kekerasan atau seks bebas!
Komik. Ya, komik memang bergambar kartun. Tapi soal cerita, ada komik-komik tertentu yang tidak kalah ‘seram’ dari novel porno. Bahkan lebih mengerikan karena didukung dengan gambar. Gambar sampul depan bisa jadi tidak menyiratkan kepornoan apa pun. Tapi di dalamnya, ujung ceritanya ternyata tentang seks bebas. Salah satu komik/film kartun yang masuk dalam kategori bahaya adalah NAR***. Hati-hati!
Apa yang mereka inginkan dari anak-anak kita? Mereka menginginkan anak-anak kita memiliki mental model porno dimana akan-anak akan mengalami kerusakan otak permanen yang hasil akhirnya yang diincar adalah incest (bersetubuh dengan saudara kandung). Sasaran tembak utamanya adalah anak-anak yang belum baligh. Jika anak-anak ini sudah mengalami 33-36 ejakulasi, mereka akan menjadi pecandu pornografi. Merekalah pasar masa depan bagi industri pornografi: perfilman, majalah, musik, jaringan TV kabel, pembuat dan pemasar video games.
Proses kecanduan dan akibatnya ini yang harus diwaspadai. Di dalam otak ada bagian yang dissebut Pre Frontal Cortex (PFC). PFC adalah tempat dibuatnya moral, nilai-nilai, rasa bertanggung jawab untuk perencanaan masa depan, organisasi, pengaturan emosi, kontrol diri, konsekuensi dan pengambilan keputusan. PFC akan matang pada usia 25 tahun. Sekali anak mencoba kenikmatan semu, maka ia akan kebanjiran hormon dopamin (hormon yang dihasilkan oleh hipotalamus). Akibatnya ia akan merasa senang, tapi kemudian dalam hatinya timbul perasaan bersalah. Saat anak merasa senang (kebanjiran dopamin), ia akan terganggu dalam: membuat analisa, penilaian, pemahaman, pengambilan keputusan, makna hubungan, dan hati nurani. Akibatnya, spiritualitas atau imannya akan terkikis. Anak pun ‘tumbang, memilliki mental model porno yang bisa saja berujung pada incest! Narkoba ‘hanya’ akan merusak tiga bagian otak , tetapi pornografi/seks akan merusak lima bagian otak!
Kelalaian orang tua
Selama ini telah terjadi kesalahan budaya karena ada pemahaman bahwa yang mengasuh anak hanya ibu. Ayah mencari nafkah saja. Bila memang perlu, baru lapor ayah. Ini salah besar. Keluarga Indonesia memerlukan revolusi pengasuhan! Orang tua kurang menghabiskan waktu dengan anak dan hanya menjadi weekend parent. Anak diikutkan les sana sini. Pertanyaan orang tua ke anak hanya ‘Bagaimana les-nya tadi? Nilaimu berapa, Nak? Kamu nggak bolos, kan?Kamu bisa ngerjain ujian hari ini?’ Akibatnya, anak-anak menjadi BLASTED (Boring–>Lazzy–> Stressed!). Orang tua merasa cukup menyekolahkan anak-anak di sekolah berbasis agama. Penerapannya? Nol besar! Orang tua menyuruh anak salat tepat waktu, sementara orang tua salatnya bolong-bolong. Orang tua berbaju tertutup, tapi anaknya main ke mal hanya memakai rok mini dan tanktop. Anak disuruh les mengaji padahal orang tuanya tidak bisa mengaji! Orang tua terkadang hanyut dalam tren. Melihat teman-teman anak di sekolah punya iPod, anak buru-buru dibelikan iPod juga. Orang tua malu karena anaknya hanya punya ponsel jadul yang cuma bisa SMS dan telepon? Anak pun dibelikan BB paling mutakhir. Orang tua bisanya memfasilitasi anak dengan gadget terkini, tapi gagap teknologi alias gaptek. Buktinya, baca SMS alay saja nggak bisa! Bagaimana mau mengawasi anak? Karena itu, jadi orang tua harus gaul dan pintar. Orang tua membelikan anak gadget/perangkat teknologi tanpa tahu akibat negatifnya, tanpa penjelasan dan tanpa persyaratan untuk anak. Orang tua sekarang adalah generasi orang tua yang abai, generasi orang tua yang pingsan! Yang penting anak sekolah,les, diam di rumah depan komputer, games, ponsel dan TV. Yakin, anak Anda aman? Orang tua jarang bisa berkomunikasi secara baik dan benar dengan anak, tidak memahami perasaan anak dan remaja.
Yuk kita jadikan anak tangguh di era digital. Caranya adalah hadirkan Tuhan di dalam diri anak. Ajarkan untuk selalu ingat Tuhan dan taat kepadaNya sejak kecil. Hindari ucapan, ‘Jangan sampai kamu hamil ya! Bikin malu keluarga! Bapak Ibu malu!’ Ini salah besar. Ajarkan bahwa di manapun dia berada, Tuhan tahu apa yang dia perbuat. Perbaiki pola pengasuhan. Libatkan kedua-belah pihak. Jangan jadi orang tua yang abai dan pingsan. Anak perlu mendapat validasi, yaitu ‘penerimaan, pengakuan dan pujian’. Jangan jadikan anak Anda BLASTED alias Boring –> Lazy –> Stressed! Bimbing anak agar bisa mandiri dan bertanggung jawab pada Tuhan, diri sendiri, keluarga dan masyarakat. Memberikan fasilitas pada anak harus dengan landasan dan persyaratan agama yang jelas.
Kiat menangkal pengaruh negatif yang datang melalui komik, games, internet, dan TV.
Komik: cek bacaan anak, secara berkala periksa meja belajar/lemari/kolong tempat tidur anak. Ingat jangan sampai ketahuan. Kenalkan anak pada berbagai jenis bacaan dan diskusikan bacaan tersebut dengan anak.
Games: perhatikan letak komputer/media video games di rumah, buat kesepakatan dengan anak tentang: berapa kali dalam seminggu boleh bermain games, kapan waktu yang tepat untuk main, games apa yang boleh dimainkan, sanksi apa yang diberlakukan jika melanggar, dan dampingi anak dalam membeli games dan cek selalu rating games dalam kemasan games. Banyak video games memiliki rating AO (Adult Only) atau M (mature) yang dibajak oleh ESRB (Entertainment Software Rating Board -- lembaga pemberi rating untuk games hiburan) lalu diubah rating-nya menjadi Teen, seperti GTA San Andreas, Mass Effect, Gta IV dan banyak lagi. Maraknya games kekerasan yang menampilkan adegan seksual di tengah-tengah permainan seperti ‘GTA: San Andreas’ dan ‘Mass Effect’ mendapat kecaman keras dari banyak kalangan seperti Jack Thompson dan Hillary Clinton. Hal ini memaksa produsennya mengganti rating ESRB-nya menjadi AO (awalnya M ) dan mengakibatkan profit perusahaannya turun hingga $28.8 juta. Salah satu peristiwa tragis yang dipicu oleh games kekerasan terjadi pada 20 Oktober 2003. Aaron Hamel dan Kimberly Bede menjadi korban penembakan yang dilakukan oleh dua remaja, William dan Josh Buckner, karena keduanya terinspirasi setelah memainkan GTA:III. Akibat kejadian itu, Aaron meninggal dunia, sedangkan Kimberley mengalami luka parah.
TV: atur jam menonton TV, no TV untuk anak di bawah umur 2 tahun, anak usia 5-7 tahun paling lama menonton TV 2 jam/hari, kenalkan dan diskusikan tentang program TV yang baik dan buruk kepada anak.
Internet: perhatikan letak computer, jangan pasang komputer menghadap dinding sehingga apa yang dibuka di komputer akan terlihat bebas, lakukan filterisasi terhadap situs porno (pasang alat pemblokir situs porno), buat kesepakatan tentang waktu bermain internet, dan secara berkala cek situs apa saja yang telah dibuka anak di komputer.
Upaya lain yang perlu dilakukan orang tua adalah: perbanyak mendengarkan perasaan anak. Gunakan dua telinga lebih sering daripada satu mulut. Orang tua harus TTS (tegas, tegar, sabar). Meningkatkan diri dengan berbagai macam pengetahuan melalui seminar, pelatihan, buku parenting dan ilmu agama) dan terakhir berdo’alah agar anak-anak kita menjadi anak-anak yang baik.
0 komentar:
Post a Comment